Dataset Viewer
Auto-converted to Parquet Duplicate
Regulation Name
stringlengths
2
3.85k
โŒ€
Regulation Number
stringlengths
1
63
โŒ€
Year
stringdate
1945-01-01 00:00:00
2030-01-01 00:00:00
โŒ€
About
stringlengths
3
18.3k
โŒ€
Chapter
stringlengths
5
2.72k
โŒ€
Article
stringlengths
5
36
โŒ€
Content
stringlengths
11
32.8k
โŒ€
PERATURAN PEMERINTAH REPUBL IK INDONESIA
13
2009
JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK
null
Pasal 1
(1)Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Departemen Kesehatan adalah penerimaan yang berasal dari pelayanan pada unit -unit di lingkungan Departemen Kesehatan: a.Sekretariat Jenderal; b.Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat; c.Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik; d.Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan; e.Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan; f.Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan ; dan g.Badan Pengembangan dan Pem berdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan. (2)Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Departemen Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran Peraturan Pemerintah ini.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBL IK INDONESIA
13
2009
JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK
null
Pasal 2
Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 mempunyai tarif dalam bentuk satuan Rupiah.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBL IK INDONESIA
13
2009
JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK
null
Pasal 3
... PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA -3-
PERATURAN PEMERINTAH REPUBL IK INDONESIA
13
2009
JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK
null
Pasal 3
(1)Tarif atas jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berasal dari Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan berupa Sumbangan Penyelenggaraan Pendidikan dan Dana Pengembangan Pendidikan Kelas Reguler dan Non Reguler untuk mahasiswa tertentu adalah sebesar 50% (lima puluh persen) dari tarif sebagaimana tercantum pada Lampiran Peraturan Pemerintah ini. (2)Tarif atas jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berasal dari Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan berupa sertifikat tindakan sanitasi untuk kapal ( Ship Sanitation Control Certificate) , sertifikat bebas tindakan sanitasi untuk kapal ( Ship Sanitation Control Exemption Certificate ), dan perpanjangannya selama 1 (satu) bulan untuk volume perahu layar atau perahu layar motor di bawah 500 m3 (lima ratus meter kubik) bagi Warga Negara Indones ia pemilik perahu layar atau perahu layar motor yang digunakan untuk pelayaran di wilayah Indonesia adalah sebesar 50% (lima puluh persen) dari tarif sebagaimana tercantum pada Lampiran Peraturan Pemerintah ini. (3)Ketentuan lebih lanjut mengenai mahasisw a tertentu dan pemilik perahu lay ar atau perahu layar motor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri Kesehatan.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBL IK INDONESIA
13
2009
JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK
null
Pasal 4
(1)Tarif atas jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berasal dari jasa pengujian dan pemeriksaan yang dilaksanakan di luar laboratorium tidak termasuk biaya akomodasi, konsumsi, dan transportasi bagi tenaga penguji . (2)Biaya akomodasi, konsumsi, dan trans portasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibebankan kepada wajib bayar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang -undangan.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBL IK INDONESIA
13
2009
JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK
null
Pasal 5
... PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA -4-
PERATURAN PEMERINTAH REPUBL IK INDONESIA
13
2009
JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK
null
Pasal 5
Seluruh Pen erimaan Negara Bukan Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 wajib disetor langsung secepatnya ke Kas Negara.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBL IK INDONESIA
13
2009
JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK
null
Pasal 6
Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku maka: 1.Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2006 tentang Jenis dan T arif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Departemen Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4613); dan 2.Lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2001 tentang Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Badan Pengawas Obat dan Makanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 35, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor Angka I mengenai Biaya Evaluasi dan Pe ndaftaran Angka 33 sampai dengan Angka 42 dan Angka II mengenai Biaya Sertifikasi Angka 5 dan Angka 6, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBL IK INDONESIA
13
2009
JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK
null
Pasal 7
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar ... PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA -5- Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 16 Januari 2009 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO Diundangkan di Jakarta pada tanggal 16 Januari 2009 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd ANDI MATTALATTA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2009 NOMOR 26 Salinan sesuai dengan aslinya SEKRETARIAT NEGARA REPUBLIK INDONESIA Kepala Biro Peraturan Perundang -undangan Bidang Perekonomian dan Industri, SETIO SAPTO NUGROHO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13TAHUN 2009 2008 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN KESEHATAN I.UMUM Sehubungan dengan adanya perubahan kondisi ekonomi dan jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang baru, maka perlu dilakukan penyesuaian terhadap jenis dan tarif atas jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Departemen Kesehatan sebagaimana diat ur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2006 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Departemen Kesehatan. Hal ini sejalan dengan upaya mengoptimalkan Penerimaan Negara Bukan Pajak guna menunjang pembangunan nasional, sebagai salah satu sumber penerimaan negara yang perlu dikelola dan dimanfaatkan untuk peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Sehubungan denga n hal tersebut dan dalam rangka memenuhi ketentuan Undang -undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak, perlu menetapkan jenis dan tarif atas jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Departemen Kesehatan dengan Peraturan Pemerintah ini. II.PASAL DEMI PASAL
PERATURAN PEMERINTAH REPUBL IK INDONESIA
13
2009
JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK
null
Pasal 2
Cukup jelas.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBL IK INDONESIA
13
2009
JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK
null
Pasal 3
Yang dimaksud dengan โ€œ mahasiswa tertentuโ€ antara lain mahasiswa yang berprestasi dan mahasiswa yang tidak mampu. โ€ฆ PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA -2- Cukup jelas. Cukup jelas.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBL IK INDONESIA
13
2009
JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK
null
Pasal 4
Cukup jelas. Yang dimaksud dengan โ€œketentuan peraturan perundang - undanganโ€ adalah peraturan Menteri Keuangan yang mengatur mengenai standar biaya .
PERATURAN PEMERINTAH REPUBL IK INDONESIA
13
2009
JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK
null
Pasal 5
Cukup jelas.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBL IK INDONESIA
13
2009
JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK
null
Pasal 6
Pengertian Kas Negara adalah sebagaimana dimaksud dalam Undang - undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak
PERATURAN PEMERINTAH REPUBL IK INDONESIA
13
2009
JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK
null
Pasal 7
Cukup jelas. TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPU BLIK INDONESIA NOMOR 4975 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TANGGAL 16 JANUARI 2009 JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAK U PADA DEPARTEMEN KESEHATAN JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK SATUAN TARIF (Rp) I.SEKRETARIAT JENDERAL DEPARTEMEN KESEHATAN A.Biro Umum (Penerimaan Sewa Auditorium, Balai Latihan Kerja Cimacan, Balai Latihan Kerja Su kajadi, dan Gedung Lainnya) 1.Auditorium Depkes a.Umum Per 1 x pakai/4 jam1.700.000,00 b.Pegawai Per 1 x pakai/4 jam600.000 ,00 2.Balai Latihan Kerja Cimacan a.Pondok Per Pondok/hari 50.000,00 b.Unit Per Unit/hari 25.000,00 c.Orang Per Orang/hari 10.000,00 d.Ruang Rapat Per hari 140.000,00 3.Balai Latihan Kerja Sukajadi a.Sewa Kelas Balai Latihan Kerja Sukajadi Per 1xpakai/4jam 100.000,00 b.Sewa Kamar 1)Kamar utama Per Kamar/hari 32.000,00 2)Kamar biasa Per Kamar/hari 25.000,00 3)Kamar lainnya (> 5 tempat tidur) Per Orang/hari 10.000,00 4.Penerimaan Sewa Gedung lainnya Per 1 kali sewa/tahun10.000.000,00 B.Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) pada Pusat Sarana dan Prasarana Alat Kesehatan Pelayanan Pengujian Kalibrasi Alat Kesehatan 1. Alat Hisap Medik Per pemeriksaan 1 alat101.000,00 2. Electro Surgery Unit (ESU) Per pemeriksaan 1 alat253.000,00 3. Dental Unit Per pemeriksaan 1 alat120.000 ,00 4.Diathermy โ€ฆ PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA -2- JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK SATUAN TARIF (Rp) 4. Diathermy Per pemeriksaan 1 alat149.000,00 5. Ultrasonograph (USG) Per pemeriksaan 1 alat217.000,00 6. Sphygmomanometer/ Tensimeter Per pemeriksaan 1 alat65.000,00 7. Anaesthesi tanpa liquid Per pemeriksaan 1 vaporizer260.000,00 8. Anaesthesi (dengan liquid per 1 vaporizer) Perpemeriksaan 1 vaporizer1.468.000,00 9. Ventilator Per pemeriksaan 1 alat296.000,00 10. Ultrasound Therapy Per pemeriksaan 1 alat147.000,00 11. Defibrillator Per pemeriksaan 1 alat95.000,00 12. Electrocardiograph (ECG) Per pemeriksaan 1 alat128.000,00 13. Audiometer Per pemeriksaan 1 alat281.000,00 14. Infusion Pump Per pemeriksaan 1 alat203.000,00 15. Syringe Pump Per pemeriksaan 1 alat203.000,00 16. Inkubator Perawatan Per pemeriksaan 1 alat230.000,00 17. Ph Meter Per pemeriksaan 1 alat94.000,00 18. Spectrophotometer Per pemeriksaan 1 alat132.000,00 19. Electrostimulator Per pemeriksaan 1 alat217.000,00 20. Analytical balance Per pemeriksaan 1 alat120.000,00 21. Automatic Processing Film Per pemeriksaan 1 alat173.000,00 22. Bed Side monitor Per pemeriksaan 1 alat218.000,00 23. Central Monitor Per pemeriksaan 1 alat238.000,00 24. Nebulizer Per pemeriksaan 1 alat156.000,00 25. Traksi Per pemeriksaan 1 alat113.000,00 26. Water Bath Per pemeriksaan 1 alat156.000,00 27.Magnetic โ€ฆ PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA -3- JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK SATUAN TARIF (Rp) 27. Magnetic resonance Imaging Per pemeriksaan 1 alat1.678.000,00 28. Infra Red Lamp Per pemeriksaan 1 alat169.000,00 29. Autoclave Per pemeriksaan 1 alat223.000,00 30. Photo Therapy Unit Per pemeriksaan 1 alat128.000,00 31. Pulse Oximetri Per pemeriksaan 1 alat124.000,00 32. Blood Pressure Monitor Per pemeriksaan 1 alat115.000,00 33. Electro Enchophalograph (EEG) Per pemeriksaan 1 alat186.000,00 34. Electro Myograph (EMG) Per pemeriksaan 1 alat186.000,00 35. Centrifuge Per pemeriksaan 1 alat116.000,00 36. Angiography Per pemeriksaan 1 alat609.000,00 37. Dental X -ray Panoramic Per pemeriksaan 1 alat415.000,00 38. Dental X โ€“Ray Per pemeriksaan 1 alat413.000,00 39. Mobil Unit X -ray Per pemeriksaan 1 alat582.000,00 40. Mobile C -Arm X -ray Per pemeriksaan 1 alat555.000,00 41. Mammography Per pemeriksaan 1 alat535.000,00 42. Tomography Per pemeriksaan 1 alat507.000,00 43. CT-Scan Per pemeriksaan 1 alat658.000,00 44. Simulator/Therapy Planning Per pemeriksaan 1 alat717.000,00 45. General Purpose X -Ray Per pemeriksaan 1 tabung693.000,00 46. MCS X -Ray Per pemeriksaan 1 alat502.000,00 47. LINAC Per pemeriksaan 1 parameter1.876.000,00 48. Cobalt -60 Per pemeriksaan 1 alat1.824.000,00 49. After Loading Per pemeriksaan 1 alat1.496.000,00 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA -4- JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK SATUAN TARIF (Rp) 50. X-Ray Therapy Per pemeriksaan 1 alat707.000,00 51. Haemodialisa Per pemeriksaan 1 alat149.000,00 52. Cardiotocograph Per pemeriksaan 1 alat117.000,00 53. Treadmill Per pemeriksaan 1 alat119.000,00 54. Pace maker Per pemeriksaan 1 alat76.000,00 55. Ultra Violet Sterilizer Per pemeriksaan 1 alat128.000,00 56. Vacuum Extractor Per pemeriksaan 1 alat117.000,00 57. Foetal Detector Per pemeriksaan 1 alat104.000,00 58. Light Source Per pemeriksaan 1 alat138.000,00 59. Stirer Per pemeriksaan 1 alat108.000,00 60. ECG Monitor Per pemeriksaan 1 alat114.000,00 61. Phono Cardiograph Per pemeriksaan 1 alat104.000,00 62. Echo Cardiograph Per pemeriksaan 1 alat201.000,00 63. Electro Convulsion Therapy Per pemeriksaan 1 alat217.000,00 64. Photometer Per pemeriksaan 1 alat112.000,00 65. Spirometer Per pemeriksaan 1 alat106.000,00 66. Central Gas Medik Per pemeriksaan 1 alat192.000,00 67. Analisis Film Monitoring Radiasi Perorangan untuk Sarana Pelayanan KesehatanPer pemeriksaan 1 lembar film badge15.000,00 68. Penggantian holder Per 1 buah film holder202.000,00 69. Lampu operasi Per pemeriksaan 1 alat138.000,00 70. Infant warmer Per pemeriksaan 1 alat169.000,00 71. Ultra Violet Lamp Per pemeriksaan 1 alat104.000,0050.X-Rayโ€ฆ 72.Blood โ€ฆ PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA -5- JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK SATUAN TARIF (Rp) 72. Blood bank Per pemeriksaan 1 alat176.000,00 73. Flow meter Per pemeriksaan 1 alat134.000,00 74. Chamber audiometer Per pemeriksaan 1 alat97.000,00 75. CO2 laser surgery Per pemeriksaan 1 alat95.000,00 76. ENT Treatment Per pemeriksaan 1 alat100.000,00 77. Thermometer Clinical Per pemeriksaan 1 alat153.000,00 78. Timpanometer Per pemeriksaan 1 alat191.000,00 79. Laboratory Refrigerator Per pemeriksaan 1 alat174.000,00 80. Laboratory Incubator Per pemeriksaan 1 alat174.000,00 81. Parafin Bath Per pemeriksaan 1 alat174.000,00 82. Analisa Film Kontrol Per pemeriksaan 1 lembar film control15.000,00 83. Micropipet Per pemeriksaan 1 micropipet144.000,00 84. Anak Timbangan kelas E 2 Per pemeriksaan 1 buah anak timbangan810.000,00 85. Anak Timbangan kelas F Per pemeriksaan 1 buah anak timbangan262.000,00 86. Anak Timbangan kelas M Per pemeriksaan 1 buah anak timbangan172.000,00 87. Digital Pressure Meter Per pemeriksaan 1 parameter226.000,00 88. ESU Analyzer Per pemeriksaan 1 parameter531.000,00 89. Diathermi Analyzer Per pemeriksaan 1 parameter347.000,00 90. Ventilator Tester Per pemeriksaan 1 parameter250.000,00 91. Ultrasound Wattmeter Per pemeriksaan 1 parameter155.000,00 92. Defibrillator Analyzer Per pemeriksaan 1 parameter201.000,00 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA -6- JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK SATUAN TARIF (Rp) 93. ECG Simulator Per pemeriksaan 1 parameter306.000,00 94. Infus Device Analyzer Per pemeriksaan 1 parameter321.000,00 95. Inkubator Analyzer Per pemeriksaan 1 parameter265.000,00 96. PH Meter Standar Per pemeriksaan 1 parameter143.000,00 97. Analytical Balance Per pemeriksaan 1 parameter66.000,00 98. NIBP Analyzer Per pemeriksaan 1 parameter120.000,00 99. Tachometer Per pemeriksaan 1 parameter172.000,00 100. Electrical Safety Analyzer Per pemeriksaan 1 parameter323.000,00 II.DIREKTORAT JENDERAL BINA KESEHATAN MASYARAKAT A.Pelayanan Kesehatan Paru 1.Pendaftaran (Rawat Jalan) a.Biaya Pendaftaran Per Karcis 5.000,00 b.Poliklinik umum Per Pemeriksaan 5.000,00 c.Poliklinik spesialis Per Pemeriksaan 15.000,00 2.Rawat Darurat a.Pemeriksaan dokter umum Per Pemeriksaan 12.000,00 b.Pemeriksaan dokter spesialis Per Pemeriksaan 18.000,00 c.Tindakan dokter spesialis Per tindakan 30.000,00 d.Tindakan gawat darurat paru Per tindakan 30.000,00 3.Rawat Inap Sementara a.Rawat inap siang hari Per hari 30.000,00 b.Rawat inap sehari (umum) Per hari 40.000,00 c.Rawat Inap sehari (spesialis) Per hari 40.000,00 4.Tindakan Medis a.Tindakan medis diagnostik 1)Peak Flow Meter (PFM) Per Pemeriksaan 6.000,00 2)Spirometri Per Pemeriksaan 20.000,00 3)Bronkodilator test Per Pemeriksaan 30.000,00 4)Manthoux test Per Pemeriksaan 30.000,00 5)EKG Per Pemeriksaan 20.000,00 6)Biopsi jarum halus Per Pemeriksaan 60.000,00 7)Proof puncti Per Pemeriksaan 40.000,0093.ECG โ€ฆ PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA -7- JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK SATUAN TARIF (Rp) 8)Bronkoskopi Per Pemeriksaan 420.000,00 b.Tindakan medis Terapi 1)Nebulizer Per Pemeriksaan 10.000,00 2)Punksi pleura a)Percobaan Per Pemeriksaan 60.000,00 b)Apirasi Per Pemeriksaan 180.000,00 3)Water Sealed Drainage (WSD) Per Pemeriksaan 175.000,00 5.Pelayanan Penunjang Medik a.Pemeriksaan laboratorium 1)Darah a)Laju endap darah Per Pemeriksaan 6.000,00 b)Hemoglobin Per Pemeriksaan 8.000,00 c)Jumlah Lekosit Per Pemeriksaan 6.000,00 d)Jumlah trombosit Per Pemeriksaan 6.000,00 e)Hitung Jenis lekosit Per Pemeriksaan 6.000,00 f)Jumlah eritrosit Per Pemeriksaan 6.000,00 g)Jumlah eosinofil Per Pemeriksaan 7.000,00 h)Hematokrit Per Pemeriksaan 6.000,00 i)Waktu Pendarahan Per Pemeriksaan 7.000,00 j)Waktu Pembekuan Per Pemeriksaan 8.000,00 k)Golongan Darah Per Pemeriksaan 8.000,00 l)Rhesus Faktor Per Pemeriksaan 8.000,00 m)Darah Rutin Lengkap Per Pemeriksaan 21.000,00 2)Urin a)Urin rutin Per Pemeriksaan 10.000,00 b)Urin lengkap Per Pemeriksaan 12.000,00 c)Urin sedimen Per Pemeriksaan 5.000,00 d)Urin reduksi Per Pemeriksaan 5.000,00 3)Kimia darah a)Liver function test (1)Bilirubin total Per Pemeriksaan 18.000,00 (2)Bilirubin direct Per Pemeriksaan 18.000,00 (3)Glutamat Oksaloasetic Trasaminase (SGOT) Per Pemeriksaan18.000,00 (4)Glutamat Piroval Trasaminase (SGPT) Per Pemeriksaan18.000,00 (5)Albumin/globulin Per Pemeriksaan 18.000,00 b)Gula darah (1)Puasa Per Pemeriksaan 18.000,00 (2)2 jam pp Per Pemeriksaan 18.000,00 (3)Sewaktu Per Pemeriksaan 18.000,00 c)Kolesterolb.Tindakan โ€ฆ PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA -8- JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK SATUAN TARIF (Rp) (1)Kolesterol Per Pemeriksaan 18.000,00 (2)High Density Lipoprotein (HDL) Per Pemeriksaan 18.000,00 (3)Low Density Lipoprotein (LDL) Per Pemeriksaan 18.000,00 (4)Trigliserid Per Pemeriksaan 18.000,00 d)Tes fungsi ginjal (1)asam urat Per Pemeriksaan 18.000,00 (2)Ureum Per Pemeriksaan 18.000,00 (3)Kreatinin Per Pemeriksaan 18.000,00 b.Pemeriksaan mikrobiologi 1)Mikroskop BTA Per Pemeriksaan 7.000,00 2)Kultur sputum BTA Per Pemeriksaan 15.000,00 3)Resistensi OAT Per Pemeriksaan 21.000,00 4)Kultur jamur Per Pemeriksaan 18.000,00 c.Pemeriksaan Sitologi Per Pemeriksaan 30.000,00 d.Pemeriksaan Radiologi 1)Foto toraks1 posisi Per Pemeriksaan 40.000,00 2)Foto toraks 2 posisi Per Pemeriksaan 80.000,00 3)USG dengan diprint Per Pemeriksaan 60.000,00 4)USG tanpa print Per Pemeriksaan 50.000,00 6.Pelayanan Diagnostik a.Biospsi jarum halus Per Pemeriksaan 100.000,00 b.Mantoux test Per Pemeriksaan 25.000,00 c.Skin test Per Pemeriksaan 5.000,00 d.Elektro Kardiografi (EKG) Per Pemeriksaan 20.000,00 e.Spirometri Per Pemeriksaan 20.000,00 7.Pelayanan Rehab Medik a.Sederhana 1)Postural draianage Per Pemeriksaan 12.000,00 2)Latihan pernafasan Per Pemeriksaan 7.000,00 3)Exercise Test menggunakan Treadmill Per Pemeriksaan 132.000,00 b.Khusus 1)Terapi oksigen<5 jam Per Tindakan 20.000,00 2)Perawatan rehab di rumah (lokasi dapat dijangkau paramedis) Per Kunjungan30.000,00 3)Perawatan rehab di klinik Per Kunjungan 20.000,00 4)Micro wave Diathermi (MWD) Per Kunjungan 17.000,00 5)Ultra Sound Diathermi (USD) Per Kunjungan 18.000,00 6)Treadmill Per Pemeriksaan 180.000,00 8.Konseling a.Kesehatan paru Per Kunjungan 6.000,00 b.Gizi Per Kunjungan 6.000,00(2)High โ€ฆ PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA -9- JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK SATUAN TARIF (Rp) c.Berhenti merokok Per Kunjungan 8.000,00 9.Pelayanan Ambulan a.Dalam kota Per Jam 70.000 ,00 b.Dalam kota lebih dari 1 jam dikenakan tambahan tarif Per Jam15.000 ,00 c.Luar kota Per Jam 70.000,00 d.Luar kota lebih dari 1 jam dikenakan tambahan tarifPer Km 1.000,00 10.Penelitian a.D-III Per peneliti 80.000,00 b.D-IV / Strata 1 Per peneliti 120.000,00 c.S2 / Praktik Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Per peneliti500.000,00 d.S3 Per peneliti 900.000,00 11.Magang / Praktik Kerja a.SLTA Per siswa 0,00 b.D-III Per mahasiswa 50.000,00 c.D4 / S1 Per mahasiswa 80.000,00 d.S2 /PPDS Per mahasiswa 140.000 ,00 e.S3 Per mahasiswa 200.000,00 f.Profesi Perorang 120.000,00 B.Pelayanan Kesehatan Mata dan Telinga Hidung Tenggorokan (THT) 1.Mata a.Biaya Pendaftaran Mata Per Pemeriksaan 5.000,00 b.Konsultasi 1)Dokter Umum Per Pemeriksaan 6.000,00 2)Dokter Spesialis Mata atau Telinga Hidung Tenggorokan (THT) Per Pemeriksaan6.000,00 c.Pemeriksaan Dasar Mata 1)Pemeriksaan Refraksi Per Pemeriksaan 6.000,00 2)Pemeriksaan Slit Lamp Per Pemeriksaan 10.000,00 3)Pemeriksaan Tonometri (Schiotz) Per Pemeriksaan 8.000,00 d.Pemeriksaan Spesialistik 1)Anel Test Per Pemeriksaan 10.000,00 2)Funduscopi (Direct) Per Pemeriksaan 10.000,00 3)Test Buta Warna Per Pemeriksaan 8.000,00 4)Tonometri Non Kontak Per Pemeriksaan 10.000,00 5)Retinometri Per Pemeriksaan 16.000,00 6)Perimetri Manual Per Pemeriksaan 10.000,009.Pelayanan โ€ฆ PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA -10- JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK SATUAN TARIF (Rp) e.Pemeriksaan Penunjang Medik 1)Streak Retinoscopi Per Pemeriksaan 18.000,00 2)Keratometrie Per Pemeriksaan 10.000,00 3)Biometrie Per Pemeriksaan 25.000,00 4)Gonioscopy Per Pemeriksaan 25.000,00 5)Fumdoscopy Indirect Per Pemeriksaan 30.000,00 6)Perimatri goldman Per Pemeriksaan 30.000,00 f.Pemeriksaan Laboratorium Sederhana 1)Hemoglobin Urinetesi Per Pemeriksaan8.000,00 2)Waktu perdarahan Per Pemeriksaan 5.000,00 3)Waktu pembekuan Per Pemeriksaan 5.000,00 4)Darah Rutin Per Pemeriksaan 25.000,00 5)Urine Rutin Per Pemeriksaan 10.000,00 6)Gula darah sewaktu (GDS) Per Pemeriksaan 15.000,00 7)Reduksi Per Pemeriksaan 5.000,00 8)Pemeriksaan Gram Per Pemeriksaan 15.000,00 9)Pemeriksaan Jamur (KOH) Per Pemeriksaan 25.000,00 10)Pemeriksaan Demodex Per Pemeriksaan 15.000,00 11)Pemeriksaan Shirmer Per Pemeriksaan 10.000,00 12)Pemeriksaan Ferning Per Pemeriksaan 10.000,00 g.Operasi 1)Operasi Kecil a)Hordeolum Per Operasi 75.000,00 b)Benda Asing Per Operasi 50.000,00 c)Lithiasis Per Operasi 50.000,00 d)Instubasi Duktus Lakrimalis Per Operasi 65.000,00 e)Epilasi Per Operasi 15.000,00 2)Operasi Sedang a)Pinguikula Per Operasi 250.000,00 b)Pterigium Per Operasi 250.000,00 c)Robekan Palpebra Per Operasi 150.000,00 d)Robekan Palpebra dengan Ruptur canalis LakrimalisPer Operasi 400.000,00 e)Robekan Konjungtiva Per Operasi 150.000,00 f)Tarsoraphy Per Operasi 500.000,00 g)Lipoma Per Operasi 150.000,00 h)Granulom Per Operasi 250.000,00 i)Nevus Per Operasi 250.000,00 3)Operasi Besar a)Glaukoma Per Operasi 600.000,00 b)Robekan Korneosklera (tanpa narkose) Per Operasi 600.000,002)Keratometrie โ€ฆ PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA -11- JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK SATUAN TARIF (Rp) c)Parasintesa Per Operasi 600.000,00 d)Eviserasi enukleasi (+ narkose) Per Operasi 600.000,00 e)Sekunder Intraokuler Lens (IOL)/ Pemasangan Lensa Intraokuler SekunderPer Operasi 600.000,00 4)Operasi Katarak : a)Tanpa lensa tanam Per Operasi 1.000.000,00 b)Dengan lensa tanam Per Operasi 1.300.000,00 c)Phaco dengan Lensa tanam Per Operasi 3.500.000,00 d)Foto Koagulasi Per Operasi 2.000.000 ,00 5)YagLaser Per Operasi 350.000 ,00 6)Pembuatan Kaca Mata dengan Lensa a)Afakia Per kacamata 100.000,00 b)Miop Per kacamata 250.000,00 c)Hipermetrop Per kacamata 250.000,00 d)Presbiop Per kacamata 250.000,00 e)Astigmat Per kacamata 250.000,00 2.Pemeriksaan Dasar Telinga Hidung Tenggorokan (THT) a.Pemeriksaan Otoscopi, Rhinoscopi, Laringoscopi Per Pemeriksaan 16.000,00 b.Pelayanan Dasar Per Pemeriksaan 6.000,00 c.Tampon Telinga / zalf Per Pemeriksaan 10.000,00 d.Kaustik Per Pemeriksaan 10.000,00 e.Spooling / Ekstraksi Cerunen Per Pemeriksaan 15.000,00 f.Ekstraksi Corpus Alienum Per Pemeriksaan 15.000,00 g.Audiometri Per Pemeriksaan 25.000,00 h.Parasintesis Per Pemeriksaan 25.000,00 i.Tampon Booizalf Per Pemeriksaan 35.000,00 j.Insisi Aboes Parasintesi Per Pemeriksaan 25.000,00 k.Inpuksi Konka Media Per Pemeriksaan 25.000,00 l.Tes Keseimbangan Per Pemeriksaan 40.000,00 m.Eppley Manuver Per Pemeriksaan 25.000,00 n.Nasal Spray Per Pemeriksaan 10.000,00 o.Biopsi Per Pemeriksaan 25.000,00 p.Insisi Abses Septi Per Pemeriksaan 40.000,00 3.Pemeriksaan Penunjang Medik/ Elektromedik (THT) a.Audiometri nada murni Per Pemeriksaan 35.000,00 b.Speech Audiometer Per Pemeriksaan 35.000,00 c.Timpanometri Per Pemeriksaan 35.000,00 d.Oto ocustic emission Per Pemeriksaan 35.000,00e)Sekunder ... PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA -12- JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK SATUAN TARIF (Rp) 4.Tindakan sederhana I (THT) a.Aspirasi telinga, hidung, tenggorok, leher (abses kecil)Per tindakan 15.000,00 b.Buka jahitan Per tindakan 15.000,00 c.Ekstraksi serumen Per tindakan 14.000,00 d.Pasang/buka tampon anterior hidung Per tindakan 14.000,00 e.Ekstraksi corpus alienum telinga. hidung. Tenggorok Per tindakan 14.000,00 f.Irigasi telinga Per tindakan 14.000,00 g.Irigasi sinus maksilaris Per tindakan 35.000,00 h.Parasentesis telinga Per tindakan 35.000,00 i.Debridemen luka Per tindakan 35.000,00 j.Test fungsi tuba Per tindakan 35.000,00 k.Decanulisasi Per tindakan 35.000,00 l.Tes kalori vestibuler Per tindakan 35.000,00 5.Tindakan sederhan a II (THT) a.Incisi abses branchail Per tindakan 75.000,00 b.Incisi abses mastoid Per tindakan 75.000,00 c.Incisi periton silaer abses Per tindakan 75.000,00 d.Incisi hematoma/abses septum nasi Per tindakan 75.000,00 6.Tindakan sederhana III ( THT) a.Pasang/buka lampon posterior hidung (Beloq tampon) Per tindakan 120.000,00 b.Nasopharringoscopy tanpa biopsi Per tindakan 120.000,00 c.Kauter faring Per tindakan 120.000 ,00 d.BERA Per tindakan 120.000 ,00 e.Incisi/kuretase perikondritis aurikel Per tindakan 120.000,00 f.Ekstirpasi jaringan granulasi liang telinga Per tindakan 120.000,00 g.Ekstirpasi oteroma lipoma Veruka Per tindakan 120.000,00 7.Tindakan Kecil (THT) a.Incisi abses retrofaringeal Per tindakan 300.000,00 b.Incisi ot hematoma Per tindakan 300.000,00 c.Anthroskopi dan cuci sinus Per tindakan 300.000,00 d.Reposisi fraktur os nasal tertutup Per tindakan 300.000,00 8.Tindakan Sedang (THT) a.Reposisi fraktur os nasal terbuka tidak komplek Per tindakan 1.050.000,00 b.Adeniodektomi Per tindakan 1.050.000,00 c.Polipektomi nasal Per tindakan 1.050.000,00 d.Konkhotomi nasal Per tindakan 1.050.000,00 e.Anthrostomi frontal sinus nasal Trephine Per tindakan 1.050.000,00 f.bedah beku (Cryosurgery ) Per tindakan 1.050.000,00b.Buka โ€ฆ PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA -13- JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK SATUAN TARIF (Rp) g.Revisi jaringan parut keloid Per tindakan 1.050.000,00 h.Osteotomi lateral/medial Per tindakan 1.050.000,00 i.Reparasi Oroantral fistel Per tindakan 1.050.000,00 j.Marsupialisasi Ranula Per tindakan 1.050.000,00 9.Tindakan Besar (THT) a.Tonsilektomi Per tindakan 2.750.000,00 b.Adenodektomi Per tindakan 2.750.000,00 c.Polipektorat nasal Per tindakan 2.750.000,00 d.Cold well luc operasi Per tindakan 2.750.000,00 e.Konkhotomi nasal Per tindakan 2.750.000,00 f.Etmoidektomi Per tindakan 2.750.000,00 g.Masholdektomi Per tindakan 2.750.000,00 h.Timpanoplasli Per tindakan 2.750.000,00 10.Penggunaan Ambulan a.Dalam kota Per Jam 70.000,00 b.Dalam kota lebih dari 1 jam dikenakan tambahan tarif Per Jam 15.000,00 c.Luar kota Per Jam 70.000,00 d.Luar kota lebih dari 1 jam dikenakan tambahan tarif Per Km 1.000,00 11.Magang Mahasiswa D -I, D-III,S1,dan S2 a.Pembimbing pertama Per Mahasiswa 50.000,00 b.Pertemuan selanjutnya Per Mahasiswa 10.000,00 12.Penelitian Mahasiswa D-I, D-III,S1,dan S2 -Pembimbing Per peneliti 200.000,00 C.Pelayanan Kesehatan Olah Raga 1.Karcis kunjungan Per kunjungan 5.000,00 2.Konsultasi a.Dokter umum Per konsultasi 20.000,00 b.Dokter spesialis Per konsultasi 50.000,00 c.Sarjana Olahraga dan S1 lainnya Per konsultasi 20.000,00 d.S2 Per konsultasi 50.000,00 e.S3 Per konsultasi 50.000,00 f.Konsultasi Kebugaran Per konsultasi 50.000,00 g.Konsultasi Gizi Olahraga Per konsultasi 20.000,00 h.Konsultasi Psikologi Per konsultasi 20.000,00 3.Konsultasi/Promosi kesehatan di lapangan/ di luar gedung a.Perorangan Per klien 30.000,00 b.Kelompok ( Maksimal 15 Orang) Per jam 500.000,00 4.Pemeriksaan fisik Per pemeriksaan 20.000,00 5.Evaluasi fungsionalj.Marsupialisasi โ€ฆ PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA -14- JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK SATUAN TARIF (Rp) a.Pemeriksaan daya tahan jantung paru dan kapasitas paru 1)EKG-EKG exercise Per tindakan 15.000,00 2)Spirometri Per tindakan 20.000,00 3)Exercise test menggunakan tes lapangan Per tindakan 20.000,00 4)Exercise test menggunakan bangku Per tindakan 25.000,00 5)Exercise test menggunakan ergocycle Per tindakan 60.000,00 6)Exercise test menggunakan treadmill Per tindakan 180.000,00 b.Kapasitas aerobik dan anaerobik 1)Test conconi Per tindakan 60.000,00 2)Analisis gas pernapasan Per tindakan 100.000,00 c.Pemeriksaan komposisi tubuh 1)Body mass Index Per tindakan 5.000,00 2)Skinfold Calliper Per klien/kali 6.000,00 3)Anthropometri Per klien/kali 15.500,00 4)Fat analyzer Per tindakan 25.000,00 5)Total Body fat Per tindakan 50.000,00 d.Pemeriksaan otot dan sendi 1)Kekuatan otot Per tindakan 5.000,00 2)Daya tahan otot Per tindakan 5.000,00 3)Kelentukan sendi Per tindakan 5.000,00 4)Daya ledak otot Per tindakan 5.000,00 e.Test kecepatan reaksi Per klien/kali 11.000,00 f.Test koordinasi Per klien/kali 11.000,00 g.Test kelincahan Per klien/kali 11.000,00 h.Test keropos tulang Per tindakan 15.000,00 i.Fisioterapi Per tindakan 20.000,00 j.Pelayanan massage Per jam 30.000,00 k.Pemeriksaan laboratorium 1)Darah a)Haemoglobin Per tindakan 4.500,00 b)Leukosit Per tindakan 4.500,00 c)Thrombosit Per tindakan 5.500,00 d)Eritrosit Per tindakan 4.500,00 e)Golongan darah Per tindakan 7.500,00 f)Clotting time Per tindakan 4.500,00 g)Bleeding time Per tindakan 4.500,00 2)Urine a)Urine lengkap Per tindakan 12.500,00 b)Tes kehamilan Per tindakan 15.000,00 c)Reduksi urine Per tindakan 4.500,00 3)Faeces rutin Per tindakan 7.500,002)Spirometri โ€ฆ PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA -15- JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK SATUAN TARIF (Rp) 4)Kimia darah a)Gula darah Per tindakan 7.500,00 b)Creatinin Per tindakan 11.500,00 c)Urea N/Ureum Per tindakan 12.500,00 d)Glutamat Oksaloasetic Trasaminase (SGOT)Per tindakan 12.500,00 e)Glutamat Piroval Trasaminase (SGPT) Per tindakan 12.500,00 f)Alkali fosfatase Per tindakan 13.500,00 g)Cholesterol total Per tindakan 15.000,00 h)High Density Lipoprotein (HDL) Per tindakan 15.000,00 i)Low Density Lipoprotein (LDL) Per tindakan 15.000,00 j)Trigliserida Per tindakan 15.000,00 k)Asam urat Per tindakan 15.000,00 l)Asam laktat Per tindakan 75.000,00 l.Pelayanan gawat darurat 1)Penanganan airway /breathing Per tindakan 60.000,00 2)Penanganan sirkulasi Per tindakan 60.000,00 3)Penanganan cedera musculoskeletal Per tindakan 60.000,00 4)Pertologan pertama fracture Per tindakan 60.000,00 5)Hechting Per tindakan 60.000,00 m.Penelitian bagi Mahasiswa D -III, S1, S2, dan S3 1)Pembimbing Permahasiswa peneliti200.000,00 2)Pemeriksaan daya tahan jantung paru dan kapasitas paru a)EKG-EKG exercise Per orang sampel 10.000,00 b)Spirometri Per orang sampel 15.000,00 c)Exercise test menggunakan tes lapanganPer orang sampel 12.000,00 d)Exercise test menggunakan bangku Per orang sampel 15.000,00 e)Exercise test menggunakan ergocycle Per orang sampel 40.000,00 f)Exercise test menggunakan treadmill Per orang sampel 180.000,00 3)Kapasitas aerobik dan anaerobik a)Test conconi Per orang sampel 35.000,00 b)Analisis gas pernapasan Per orang sampel 60.000,00 4)Pemeriksaan komposisi tubuh a)Body Mass index Per orang sampel 3.000,00 b)Skinfold Calliper Per orang sampel 3.000,00 c)Anthropometri Per orang sampel 8.000,00 d)Fat analyzer Per orang sampel 15.000,00 e)Total body fat Per orang sampel 35.000,00b.Creatinin โ€ฆ PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA -16- JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK SATUAN TARIF (Rp) 5)Pemeriksaan otot dan sendi a)Kekuatan otot Per orang sampel 3.000,00 b)Daya tahan otot Per orang sampel 3.000,00 c)Kelentukan sendi Per orang sampel 3.000,00 d)Daya ledak otot Per orang sampel 3.000,00 6)Tes kecepatan reaksi Per orang sampel 6.000,00 7)Tes koordinasi Per orang sampel 6.000,00 8)Tes kelincahan Per orang sampel 6.000,00 9)Tes keropos tulang Per orang sampel 10.000,00 n.Jasa Bimbingan Magang/Pr aktek 1)Jasa pembimbing bagi mahasiswa magang/praktek D -III, S1, dan S2 (minimal 5 orang)Per mahasiswa/per hari50.000,00 2)Jasa pembimbing bagi mahasiswa magang/praktek S3Per mahasiswa untuk hari kesatu60.000,00 Per mahasiswa untuk hari kedua dan seterusnya10.000,00 3)Pemeriksaan daya tahan jantung paru dan kapasitas paru a)EKG-EKG exercise Permahasiswa 10.000,00 b)Spirometri Permahasiswa 15.000,00 c)Exercise test menggunakan tes lapanganPermahasiswa 12.000,00 d)Exercise test menggunakan bangku Permahasiswa 15.000,00 e)Exercise test menggunakan ergocycle Permahasiswa 40.000,00 f)Exercise test menggunakan treadmill Permahasiswa 110.000,00 4)Kapasitas aerobik dan anaerobik a)Test conconi Permahasiswa 35.000,00 b)Analisis gas pernapasan Permahasiswa 60.000,00 5)Pemeriksaan komposisi tubuh c)Body mass Index Per mahasiswa 3.000,00 d)Skinfold Calliper Permahasiswa 3.000,00 e)Anthropometri Permahasiswa 8.000,00 f)Fat analyzer Permahasiswa 15.000,00 g)Total Body fat Permahasiswa 35.000,00b)Daya โ€ฆ PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA -17- JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK SATUAN TARIF (Rp) 6)Pemeriksaan otot dan sendi a)Kekuatan otot Permahasiswa 3.000,00 b)Daya tahan otot Permahasiswa 3.000,00 c)Kelenturan sendi Permahasiswa 3.000,00 d)Daya ledak otot Permahasiswa 3.000,00 7)Tes koordinasi Permahasiswa 6.000,00 8)Tes kelincahan Permahasiswa 6.000,00 9)Tes keropos tulang Permahasiswa 10.000,00 o.Pelayanan Fitness ( weighted training ) 1)Fitness harian Orang per kunjungan15.000,00 2)Fitness bulanan Orang per kunjungan80.000,00 p.Pemeriksaan dengan alat tes psikologi Orang per kunjungan50.000,00 q.Siswa kelas Orang per kunjungan15.000,00 r.Pelayanan Ambulance 1)Dalam kota Per jam 70.000,00 2)Dalam kota lebih dari 1 jam dikenakan tambahan tarifPer jam 15.000,00 3)Luar kota Per jam 70.000 ,00 4)Luar kota lebih dari 1 jam dikenakan tambahan tarifPer Km 1.000 ,00 III.DIREKTORAT JENDERAL BINA PELAYANAN MEDIK Balai Laboratorium Kesehatan A.Hematologi 1.Ketegori Sederhana: a.Hitung jumlah 1)Limfosit plasma biru Per pemeriksaan 4.500,00 2)Lekosit Mikroskopis Per pemeriksaan 3.500,00 3)Eritrosit Mikroskopis Per pemeriksaan 3.500,00 4)Trombosit Per pemeriksaan 6.000,00 5)Eosinofil Per pemeriksaan 4.500,006)Pemeriksaan โ€ฆ PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA -18- JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK SATUAN TARIF (Rp) 6)Retikulosit Per pemeriksaan 6.000,00 b.Hematokrit Per pemeriksaan 4.500,00 c.Lekosit hitung jenis Per pemeriksaan 6.500,00 d.Clotlysis Per pemeriksaan 2.500,00 e.Cryofibrinogen/cryoglobulin Per pemeriksaan 5.000,00 f.Masa pembekuan Per pemeriksaan 7.500,00 g.Percobaan pembendungan Per pemeriksaan 2.500,00 h.Masa perdarahan Per pemeriksaan 3.500,00 i.Retraksi bekuan Per pemeriksaan 3.500,00 j.Laju Endap Darah (LED) Per pemeriksaan 4.500,00 k.Hemoglobin Eritrosit Rata -rata/ HER, perhitunganPer pemeriksaan 4.000,00 l.Konsentrasi Hb Eritrosit rata -rata/KHER, perhitunganPer pemeriksaan 4.000,00 m.Volume Eritrosit Rata -rata (VER), perhitungan Per pemeriksaan 4.000,00 n.Konsentrasi Hemoglobin Eritrosit Per pemeriksaan 4.000,00 o.Euglobulin (SIA) Per pemeriksaan 7.500,00 p.Golongan Darah A, B, O, dan Rhesus Per pemeriksaan 9.000,00 2.Ketegori Sedang: a.Ketahanan Osmotik Per pemeriksaan 15.000,00 b.Ham test Per pemeriksaan 15.000,00 c.Sugar Water test Per pemeriksaan 15.000,00 d.Masa thrombin Per pemeriksaan 15.000,00 e.Protrombin plasma Per pemeriksaan 15.000,00 f.Hitung jumlah: 1)Eosinofil ( Blood Cell Counter ) Per pemeriksaan 13.000,00 2)Eritrosit (Blood Cell Counter ) Per pemeriksaan 7.500,00 3)Lekosit ( Blood Cell Counter ) Per pemeriksaan 7.500,00 4)Retikulosit ( Blood Cell Counter ) Per pemeriksaan 15.000,00 5)Trombosit ( Blood Cell Counter ) Per pemeriksaan 7.500,00 g.Lekosit hitung jenis (Blood Cell Counter) Per pemeriksaan 13.000,00 h.Hemoglobin ( Blood Cell Counter ) Per pemeriksaan 13.000,00 i.Hematokrit ( Blood Cell Counter ) Per pemeriksaan 13.000,00 j.Hemoglobin Eritrosit Rata -rata/HER (Blood Cell Counter)Per pemeriksaan 7.500,00 k.Konsentrasi Hb Eritrosit rata -rata/KHER (Blood Cell Counter)Per pemeriksaan 7.500,00 l.Volume Eritrosit Rata -rata (VER) (Blood Cell Counter)Per pemeriksaan 7.500,00 m.Tromboplastin .masa partial Per pemeriksaan 15.000,00b.Hematokrit โ€ฆ PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA -19- JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK SATUAN TARIF (Rp) n.Euglobulin Clotlysis (Coagulometer) Per pemeriksaan 12.000,00 o.Besi. Pewarnaan Per pemeriksaan 12.000,00 p.Faktor pembekuan (1 faktor) Per pemeriksaan 25.000,00 q.Trombin penetapan waktu seri Per pemeriksaan 50.000,00 r.Trombosit agregasi Per pemeriksaan 30.000,00 s.Fibrinogen Per pemeriksaan 31.000,00 t.Trombo test Per pemeriksaan 32.500,00 3.Kategori Canggih: a.Morfologi sel Per pemeriksaan 15.000,00 b.Neutrophil Alkaline Phosphatase Per pemeriksaan 48.000,00 c.Nitroblue tetrazoleum pewarnaan Per pemeriksaan 48.000,00 d.Peroksidase. Pewarnaan Per pemeriksaan 48.000,00 e.Sudan Block B.Pewarnaan Per pemeriksaan 48.000,00 f.Hemoglobin (Elektroforesis) Per pemeriksaan 64.000,00 B.Kimia klinik 1.Kategori Sederhana: a.Fisik: volume, bau, warna, kekeruhan Per pemeriksaan 3.000 ,00 b.PH Per pemeriksaan 3.000 ,00 c.Darah samar Per pemeriksaan 4.500,00 d.Keton Per pemeriksaan 4.500,00 e.Albumin, urin (reaksi) Per pemeriksaan 4.500,00 f.Bilirubin, urin (reaksi) Per pemeriksaan 4.500,00 g.Globulin Per pemeriksaan 4.500,00 h.Methemoglobin Per pemeriksaan 4.500,00 i.Protein Bence Jones (reaksi) Per pemeriksaan 4.500,00 j.Protein kualitatif /semi kuantitatif Per pemeriksaan 4.500,00 k.Pemekatan percobaan Per pemeriksaan 4.500,00 l.Pengenceran percobaan Per pemeriksaan 4.500,00 m.Glukosa urin (reaksi) Per pemeriksaan 4.500,00 n.Nitrit Per pemeriksaan 6.000,00 o.Analisa batu Per pemeriksaan 20.000,00 p.Analisa tinja : Sel darah, lemak Per pemeriksaan 6.000,00 q.Oval fat bodies Per pemeriksaan 6.000,00 r.Sedimen Per pemeriksaan 6.000,00 s.Urobilin Per pemeriksaan 6.000,00 t.Urobilinogen Per pemeriksaan 6.000,00 u.Protein penetapan kuantitatif Per pemeriksaan 6.000,00 v.Indikan Per pemeriksaan 6.000,00 w.Carik celup urin Per pemeriksaan 9.000,00 2.Kategori Sedang:q.Trombin โ€ฆ PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA -20- JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK SATUAN TARIF (Rp) a.Carik Celup urin Per pemeriksaan 9.000,00 b.Bilirubin total (fotometri) Per pemeriksaan 10.000,00 c.Bilirubin direk (fotometri) Per pemeriksaan 10.000,00 d.High Density Lipoprotein/HDL Per pemeriksaan 10.000,00 e.Low Density Lipoprotein /LDL Per pemeriksaan 10.000,00 f.Thymol Turbidy Test (TTT) Per pemeriksaan 10.000,00 g.Kalsium (Ca) Per pemeriksaan 10.000,00 h.Protein total Per pemeriksaan 10.000,00 i.Albumin (fotometri) Per pemeriksaan 12.000,00 j.Urea/BUN Per pemeriksaan 12.000,00 k.Kreatinin Per pemeriksaan 15.000,00 l.Glukosa (fotometri) Per pemeriksaan 10.000,00 m.Kalium (K) Per pemeriksaan 10.000,00 n.Kholesterol Per pemeriksaan 15.000,00 o.Natrium (Na) Per pemeriksaan 12.000,00 p.Chlorida Per pemeriksaan 12.000,00 q.Alkali fosfatase Per pemeriksaan 12.000,00 r.Gama GT/Glutamil Transferase Per pemeriksaan 15.000,00 s.Glutamat Oksaloasetic Trasaminase (GOT) Per pemeriksaan 15.000,00 t.Glutamat Piruval Transaminase (GPT) Per pemeriksaan 15.000,00 u.Asam urat Per pemeriksaan 15.000,00 v.Trigliserid Per pemeriksaan 16.000,00 w.Laktat Dehidrogenase/ LDH Per pemeriksaan 19.000,00 x.Cholinesterase Per pemeriksaan 25.000,00 y.Kreatinin kinase Per pemeriksaan 22.500,00 z.Cretainin Kinase MB(CKMB) Per pemeriksaan 23.000,00 aa.Porfirin (fotometer) Per pemeriksaan 27.000,00 3.Kategori Canggih: a.Protein Elektroforesis Per pemeriksaan 27.500,00 b.Thyroxine (T4) Per pemeriksaan 27.500,00 c.Triiodothyronine (T3 uptake) Per pemeriksaan 29.000,00 d.Triiodothyronine (T3) Per pemeriksaan 29.000,00 e.Thyreoid Stimulatinh Hormon (TSH) Per pemeriksaan 32.000,00 C.Mikrobiologi 1.Kategori Sederhana a.Mikroskopik : 1)Parasit/Jamur/ Kapang : a)Mikrofilaria Per pemeriksaan 5.000,00 b)Sarcoptes scabei Per pemeriksaan 5.000,00 c)Trichomonas Per pemeriksaan 5.000,00d.High โ€ฆ PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA -21- JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK SATUAN TARIF (Rp) d)Jamur superficial Per pemeriksaan 5.000,00 e)Jamur Subentan Per pemeriksaan 5.000,00 f)Candida Per pemeriksaan 5.000,00 g)Pemeriksaan telur cacing / amuba Per pemeriksaan 5.000,00 h)Plasmodium spp. Per pemeriksaan 5.000,00 i)Schistosoma spp. Per pemeriksaan 5.000,00 2)Bakteri: a)Corynebacterium diphter
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
61
2008
PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 10 TAHUN 2004
null
Pasal 1
adalah untuk melakukan: a. pengelolaan aset negara yang berasal dari Badan Penyehatan Perbankan Nasional setelah pengakhiran tugas dan pembubaran Badan Penyehatan Perbankan Nasional, untuk dan atas nama Menteri Keuangan; b. restrukturisasi dan/atau revitalisasi Badan Usaha Milik Negara; c. kegiatan investasi; dan d. kegiatan pengelolaan aset Badan Usaha Milik Negara. (2) Badan Usaha Milik Negara yang dilakukan restrukturisasi dan revitalisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b ditetapkan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara setelah mendapatkan persetujuan dari Menteri Keuangan. (3) Pengelolaan . . . - 3 - (3) Pengelolaan aset negara sebagaimana dimaksud pada huruf a, terdiri dari: a. restrukturisasi aset; b. kerjasama dengan pihak lain dalam rangka peningkatan nilai aset; c. penagihan piutang; dan d. penjualan. (4) Restrukturisasi dan/atau revitalisasi Badan Usaha Milik Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdiri atas: a. restrukturisasi perusahaan untuk meningkatkan kinerja Badan Usaha Milik Negara; dan b. revitalisasi perusahaan untuk meningkatkan kinerja Badan Usaha Milik Negara. (5) Kegiatan investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, terdiri dari: a. investasi langsung maupun tidak langsung; dan b. investasi dalam bentuk instrumen surat berharga termasuk kuasi ekuitas . (6) Kegiatan pengelolaan aset Badan Usaha Milik Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, terdiri dari: a. pengembangan dan pendayagunaan aset dalam rangka peningkatkan nilai aset termasuk melalui kerjasama dengan pihak lain; dan b. jasa pengelolaan aset termasuk jasa konsultasi pengelolaan aset. 2. ketentuan Pasal 5 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
61
2008
PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 10 TAHUN 2004
null
Pasal 5
Pengaturan lebih lanjut yang diperlukan bagi pelaksanaan restrukturisasi dan revitalisasi Badan Usaha Milik Negara oleh Persero diatur oleh Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara setelah dikonsultasikan dengan Menteri Keuangan. Pasal II Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar . . . - 4 - Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 4 September 2008 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO Diundangkan di Jakarta pada tanggal 4 September 2008 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd ANDI MATTALATTA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2008 NOMOR 130 Salinan sesuai dengan aslinya SEKRETARIAT NEGARA RI Kepala Biro Peraturan Perundang-undangan Bidang Perekonomian dan Industri, Setio Sapto Nugroho
Keuangan;BADANPEMERIKSA KEUANGANREPUBLIK INDONESIA,DENGAN RAHMATTUHANYANGMAHAESAPERATURANBADANPEMERIKSA KEUANGAN
15
2004
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
null
Pasal 1
Dalam Peraturan iniyang dimaksud dengan: 1. Badan Pemeriksa Keuangan, yang selanjutnya disingkat BPK, adalah Lembaga Negara yang bertugas untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945. 2. Ketua adalah Ketua BPK. 3.WakilKetua adalah WakilKetua BPK. 4. Anggotaadalah AnggotaBPK. 5. Pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang dilakukan secara independen, objektif, dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. 6. Pemeriksa adalah orang yang melaksanakan tugas Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara untuk dan atas nama BPK. 7. Lembaga Perwakilan adalah DPR, DPD, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)Provinsi, dan DPRD Kabupaterr/Kota sebagaimana dimaksud dalam Undangยญ Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945.BABI KETENTUAN UMUMPERATURANBADAN PEMERIKSA KEUANGANTENTANG TATAKERJABADANPEMERIKSA KEUANGAN.MEMUTUSKAN:2.Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor4654);- 2 - Menetapkan 8. Sidang Badan Pemeriksa Keuangan, yang selanjutnya disebut Sidang BPK,adalah pertemuan Anggota secara berkala untuk menetapkan kebijakan di bidang Pemeriksaan, fungsi sekretariat jenderal, penunjang, dan lain-lain yang memerlukan keputusan BPK. 9. Kode Etik BPK, yang selanjutnya disebut Kode Etik, adalah norma-norma yang harus dipatuhi oleh setiap Anggota,Pemeriksa, dan Pelaksana BPKlainnya selama menjalankan tugasnya untuk menjaga martabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas BPK . 10. Entitas adalah Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia (BI),Badan Usaha Milik Negara (BUMN),Badan Layanan Umum (BLU),Badan Usaha MilikDaerah (BUMD),dan lembaga atau badan lain yang mengelolakeuangan negara . 11. Hasil Pemeriksaan adalah hasil akhir dari proses penilaian kebenaran, kepatuhan, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan datal informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan secara independen, objektif, dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan yang dituangkan dalam laporan Hasil Pemeriksaan sebagai keputusan BPK. 12. Pendapat BPK, yang selanjutnya disebut Pendapat, adalah penilaian, kesimpulan dan rekomendasi BPK mengenai kebijakan dan/ atau peraturan di bidang pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara, berdasarkan Hasil Pemeriksaan dan/ atau hasil kajian yang dilakukan oleh BPKsesuai peraturan perundangยญ undangan yang berlaku. 13. Pertimbangan adalah penilaian BPK atas Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)dan rancangan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) sebelum ditetapkan dalam peraturan pemerintah, penyelesaian kerugian negara, serta hal lainnya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.-3- Pasa13 (1)BPK bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, BI, BUMN,BLU,BUMD,dan lembaga atau badan lain yang mengelolakeuangan negara. (2) BPK menyerahkan laporan Hasil Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara kepada DPR, DPD, dan DPRD sesuai dengan kewenangannya.BABII TUGASDANWEWENANG BagianKesatu TugasPasa12 Ruang lingkup Peraturan inimeliputi: a.Tugas dan Wewenang; b. Susunan BPKdan Pelaksana BPK; c. Hubungan Kerja antara Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota; d. Hubungan Kerjaantara BPKdan Pelaksana BPK; e. Hubungan Kerja antara BPK dan Majelis Tuntutan Perbendaharaan; f.Hubungan Kerja antara BPK dan Majelis Kehormatan KodeEtik; g. Hubungan antara BPKdan Pemangku Kepentingan; h. Pemantauan dan Penyelesaian KerugianNegara; 1.Penyusunan standar pemeriksaan; J.Pemberian Pendapat, Pertimbangan, dan keterangan ahli; serta k.Akuntabilitas.BagianKedua Ruang Lingkup-4 - Pasal4 Dalam pelaksanaan tugas Pemeriksaan, BPK berwenang untuk: a. menentukan objek Pemeriksaan, merencanakan dan melaksanakan Pemeriksaan, menentukan waktu dan metode Pemeriksaan, serta menyusun dan menyajikan laporan Pemeriksaan; h.meminta keterangan dan/ atau dokumen yang wajib diberikan oleh setiap orang, unit organisasi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, LembagaNegaralainnya, BI, BUMN,BLU,BUMD,dan lembaga atau badan lain yang mengelolakeuangan negara; c. melakukan Pemeriksaan di tempat penyimpanan uang dan barang milik negara, di tempat pelaksanaan kegiatan, pembukuan dan tata usaha keuangan negara, serta Pemeriksaan terhadap perhitungan-perhitungan, surat-surat, bukti-bukti, rekening koran, pertanggungjawaban, dan daftar lainnya yang berkaitan dengan pengelolaankeuangan negara; d. menggunakan tenaga ahli dan/ atau tenaga pemeriksa dari luar BPKyangbekerjauntuk dan atas nama BPK; e. mengakses semua data yangdisimpan di berbagaimedia, aset, lokasi, dan segala jenis barang atau dokumen dalam penguasaan atau kendali dari Entitas yang menjadi objek Pemeriksaan atau Entitas lain yang dipandang perlu dalam pelaksanaan tugas Pemeriksaannya;Bagian Kedua Wewenang(3) BPK menyerahkan pula laporan Hasil Pemeriksaan kepada Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan badan /Iembaga lain yang diperiksa sesuai dengan kewenangannya.-5 - Pasa15 Untuk mendukung pelaksanaan tugas Pemeriksaan, BPK berwenang: a.menetapkan jems dokumen, data, serta informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yangwajibdisampaikan kepada BPK; b. menetapkan standar pemeriksaan keuangan negara setelah berkonsultasi dengan Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah yang wajib digunakan dalam Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara; c. menetapkan Kode Etik Pemeriksaan pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara; d. membinajabatan fungsionalPemeriksa; e. memberiPertimbanganatas SAP; f. memberi Pertimbangan atas rancangan SPIP Pusat/Daerah sebelum ditetapkan oleh Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah; dan g. memberikan Pendapat mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara kepada DPR, DPD, DPRD,Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara Lain, BI, BUMN,BLU, BUMD, yayasan, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara.f.melakukan penyegelan tempat penyimpanan uang, barang, dan dokumen pengelolaankeuangan negara ; g. memotret, merekam, dan/ atau mengambil sampel sebagaialat bantu Pemeriksaan;dan h. memantau pelaksanaan tindak lanjut atas pelaksanaan rekomendasi dalam laporan Hasil Pemeriksaan dan memberitahukan hasil pemantauan tindak lanjut tersebut kepada Lembaga Perwakilan dalam Hasil Pemeriksaan semester.-6 - Pasal7 (1) BPKmempunyai 9 (sembilan)orang anggota. (2) Susunan BPKterdiri atas: a. Ketua merangkap Anggota; b. WakilKetua merangkap Anggota; c. AnggotaI; d. AnggotaII; e. AnggotaIII; f.AnggotaIV;Bagian Kesatu Susunan BPKBABIII SUSUNANBPKDANPELAKSANA BPKtentang kerugian keuangan negara/ daerah; dan f.menetapkan tata cara penyelesaian ganti kerugian negara/daerah terhadap bendahara setelah berkonsultasi dengan pemerintah.piutangPemerintah Pusat/Pemerintah Daerah; d. memberikan rekomendasi penghapusan negara/ daerah; e. memberikan keterangan ahli dalam proses peradilanPertimbangan tentang penyelesaian negara/ daerah yang ditetapkan olehmemberikan kerugianc.Pasal6 Dalam rangka penyelesaian kerugian negara/ daerah, BPK berwenang: a. menilai darr/atau menetapkan jumlah kerugian negara yang diakibatkan oleh perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai yang dilakukan oleh bendahara, pengelola BUMN/BUMD,dan lembaga atau badan lain yang menyelenggarakan pengelolaan keuangan negara; b. melakukan pemantauan pelaksanaan dan penyelesaian ganti kerugian negara/ daerah;-7 -
Keuangan;BADANPEMERIKSA KEUANGANREPUBLIK INDONESIA,DENGAN RAHMATTUHANYANGMAHAESAPERATURANBADANPEMERIKSA KEUANGAN
15
2004
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
null
Pasal 10
(1) Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, BPK dibantu olehPelaksana BPK. (2) Pelaksana BPKterdiri dari: a. Sekretariat Jenderal; b. Unitpelaksana tugas Pemeriksaan; c. Unitpelaksana tugas penunjang; d. BPKPerwakilan; e. Pemeriksa;dan f.Pejabat lainyang ditetapkan olehBPKsesuai dengan kebutuhan . (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai susunan organisasi, tugas, fungsi, dan wewenang Pelaksana BPK diatur dengan Keputusan BPK.Pasal9 (1) Pembagiantugas dan wewenangKetua, WakilKetua, dan Anggotaditetapkan dalam SidangBPK. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembagian tugas dan wewenangKetua,WakilKetua, dan Anggotasebagaimana dimaksud pada ayat (1)diatur dengan Peraturan BPK.BagianKedua Tugas dan WewenangKetua,WakilKetua, dan AnggotaPasal8 Penempatan Anggota untuk mengisi jabatan Anggota I, Anggota II,Anggota III,Anggota IV,Anggota V,Anggota VI,dan Anggota VIIditetapkan berdasarkan hasil Sidang BPK dan ditetapkan dengan Keputusan BPK.g. AnggotaV; h. Anggota VI;dan 1.Anggota VII. (3) Pimpinan BPK terdiri dari seorang Ketua dan seorang WakilKetua .- 8- Pasa113 (1) Pengambilan keputusan dalam Sidang BPK dilakukan secara musyawarah untuk mufakat. (2) Dalam hal musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, pengambilan keputusan dilakukan dengan cara pemungutan suara. (3) Keputusan Sidang BPK dituangkan dalam dokumen tertulis yang ditandatangani olehAnggotayang hadir. (4) Seluruh Anggotawajib melaksanakan keputusan Sidang BPK.Pasa112 (1) Sidang BPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dipimpin oleh Ketua. (2) Dalam hal Ketua tidak dapat menghadiri, Sidang BPK dipimpin olehWakilKetua. (3) Dalam hal Ketua dan Wakil Ketua tidak dapat menghadiri, Sidang BPK dipimpin oleh Anggota tertua yang menghadiri Sidang BPK.Pasal 11 (1) Keputusan terkait pelaksanaan tugas dan wewenangBPK dilakukan melalui Sidang BPK. (2) Sidang BPKdihadiri oleh paling sedikit 6 (enam) orang Anggota. (3) Sidang BPKdapat dihadiri oleh Pelaksana BPKdan/ atau pihak lain untuk memberikan keterangan yang diperlukan.Bagian Kesatu Tata Cara Pengambilan KeputusanBABIV HUBUNGAN KERJA ANTARA KETUA,WAKIL KETUA,DANANGGOTA- 9 - Pasal17 (1) Sidang BPKmenetapkan Ketua dan WakilKetua terpilih. (2) Hasil pemilihan Ketua dan Wakil Ketua dicatat dalam Berita Acara Sidang BPK yang ditandatangani oleh seluruh Anggota yang hadir dan dituangkan dalam Keputusan BPK.Pasal16 (1) Pemilihan Ketua dan WakilKetua diselenggarakan dalam Sidang BPK. (2) Pemilihan Ketua dan Wakil Ketua dilakukan secara musyawarah untuk mencapai mufakat. (3) Dalam hal pemilihan Ketua dan WakilKetua dengan cara musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka pemilihan Ketua dan Wakil Ketua dilaksanakan dengan cara pemungutan suara.Pasal15 Setiap Anggota berhak untuk memilih dan dipilih menjadi Ketua atau WakilKetua.Bagian Kedua Pemilihan Ketua dan WakilKetuaPasal14 (1) Dalam hal Sidang BPK tidak dapat dilaksanakan dan diperlukan langkah-langkah yang cepat, Ketua darr/atau Wakil Ketua dapat mengambil langkah-langkah tanpa melalui Sidang BPK. (2) Langkah-langkah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah Ketua darr/atau Wakil Ketua mengomunikasikan melalui surat atau informasi elektronik kepada seluruh Anggota dan disetujui paling sedikit 6 (enam) Anggota termasuk Ketua dan Wakil Ketua. (3) Langkah-langkah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan dalam Sidang BPKberikutnya.- 10-,SlQ Pasal20 (1) Dalam hal Ketua, Wakil Ketua, atau Anggota berhalangan sementara, pengaturannya dilakukan sebagai berikut: a. dalam hal Ketua berhalangan, pelaksanaan tugas dan wewenang Ketua dilakukan oleh Wakil Ketua; b. dalam hal Wakil Ketua berhalangan, pelaksanaan tugas dan wewenang Wakil Ketua dilakukan oleh Ketua; c. dalam hal Ketua dan Wakil Ketua berhalangan, pelaksanaan tugas dan wewenang Ketua dan Wakil Ketua dilakukan oleh Anggota yang ditunjuk oleh Ketua danfatau Wakil Ketua; d. dalam hal Anggota berhalangan, Ketua atau Wakil Ketua berdasarkan usulan Anggota yang bersangkutan menunjuk Anggota lain untuk melaksanakan tugas dan wewenang Anggota yang berhalangan.Pasal19 (1) KetuafWakil Ketuaf Anggota melaksanakan tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal9 . (2) Dalam hal pelaksanaan tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkaitan dengan pelaksanaan tugas dan wewenang KetuafWakil Ketuaf Anggota lain yang membidangi, KetuafWakil Ketuaf Anggota yang bersangkutan berkoordinasi dengan KetuafWakil Ketuaf Anggota yang membidangi. (3) Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dapat dilaksanakan, pelaksanaan tugas dan wewenang dimaksud dibahas dalam Sidang BPK.Bagian Ketiga Hubungan Kerja antara Ketua, Wakil Ketua, dan AnggotaPasal18 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemilihan Ketua dan Wakil Ketua BPKdiatur dengan Peraturan BPK .- 11 - Pasa121 (1) Dalam hal Ketua, Wakil Ketua, atau Anggota berhalangan tetap, pengaturannya dilakukan sebagai berikut: a. dalam hal Ketua berhalangan tetap, pelaksanaan tugas dan wewenang Ketua dilakukan oleh Wakil Ketua sampai dengan terpilihnya Ketua yang baru berdasarkan ketentuan peraturan perundangยญ undangan; b. dalam hal Wakil Ketua berhalangan tetap, pelaksanaan tugas dan wewenang Wakil Ketua dilakukan oleh Ketua sampai dengan terpilihnya Wakil Ketua yang baru berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan; c. dalam hal Ketua dan Wakil Ketua berhalangan tetap, pelaksanaan tugas dan wewenang Ketua dan Wakil Ketua dilakukan oleh Anggota yang ditunjuk berdasarkan Sidang BPK sampai dengan terpilihnya Ketua dan Wakil Ketua yang baru berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;(2) Berhalangan sementara sebagaimana dimaksud pada antara lain: a. menjalani masa cuti atau menderita sakit dan harus istirahat; b. melakukan perjalanan dinas ke daerah atau ke luar negen; c. diberhentikan sementara karena ditetapkan sebagai tersangka dalam perkara tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima)tahun atau lebih; d. tidak dapat melaksanakan tugas dan wewenangnya karena suatu hal; atau e. alasan lain berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.- 12 - Pasa123 (1)Dalammelaksanakan tugasnya, Ketua,WakilKetua,dan Anggotadapat dibantu olehtenaga ahli. (2) Tenagaahli sebagaimanadimaksud pada ayat (1)berasal dariunsur profesidan/atau akademisi.Pasa122 Setiap informasi penting yang diterima Ketua/Wakil Ketua/Anggotadan berkaitan dengan pelaksanaan tugas BPK diinformasikankepada Ketua,WakilKetua,dan Anggota.d. dalam hal Anggota berhalangan tetap, pelaksanaan tugas dan wewenangnya dilakukan oleh Anggota yang ditunjuk berdasarkan Sidang BPK sampai dengan terpilihnya Anggota yang baru berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Berhalangan tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain: a. meninggaldunia; b. mengundurkan diriatas permintaan sendiri; c. telah berusia 67 (enam puluh tujuh) tahun atau sesuai dengan ketentuan peraturan perundangยญ undangan; d. telah berakhir masajabatannya; e. sakit jasmani atau rohani secara terus menerus atau berhalangan tetap yang dibuktikan dengan surat keterangandokter; f.dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam denganpidana penjara 5 (lima)tahun atau lebih; g. tidak melaksanakan tugas dan kewajibannyaselama 1(satu)bulan berturut-turut tanpa alasan yangsah; atau h. alasan lain berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.- 13 - Pasa126 (1)Penyelenggaraan Sidang BPK dibantu oleh Sekretaris Jenderal.Pasa125 Sidang BPK merupakan forum pengambilan keputusan tertinggi dalam melaksanakan tugas dan wewenang BPK.lanjut tindak c. rapat pembahasan pemantauan rekomendasi Hasil Pemeriksaan BPK; d. rapat pembinaan teknis BPK;dan e. rapat lainnya sesuai pelaksanaan tugas dan wewenang BPK.Pasa124 Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, BPK melakukan sidang dan rapat yang terdiri dari: a. Sidang BPK; b. rapat pembinaan umum BPK;Bagian Keempat Sidang dan Rapat(3) Tenaga ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberikan masukan sesuai dengan keahliannya dalam pelaksanaan tugas Ketua /Wakil Ketua/ Anggota. (4) Tenaga ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dalam menjalankan tugasnya bertanggung jawab dan melaporkan hasil tugasnya secara tertulis kepada .Ketua/Wakil Ketua/ Anggota terkait. (5) Tenaga ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Sekretaris Jenderal.- 14 -.......... \ .~ ..... 'i Pasal29 (1) Rapat pembinaan teknis BPK diselenggarakan untuk membahas hal-hal yang bersifat khusus di bidang Pemeriksaan, kesetjenan, atau penunjang. (2) Rapat pembinaan teknis dihadiri oleh Ketua, Wakil Ketua, atau Anggota, dan dihadiri oleh Pelaksana BPK terkait.Pasal28 (1) Rapat pembahasan pemantauan tindak lanjut rekomendasi Hasil Pemeriksaan BPK diselenggarakan untuk membahas tindak lanjut atas rekomendasasi Hasil Pemeriksaan BPKyang telah dilaksanakan oleh Entitas. (2) Rapat pembahasan pemantauan tindak lanjut rekomendasi Hasil Pemeriksaan BPK dihadiri oleh Anggota yang membidangi, Pelaksana BPK terkait dan pimpinan Entitas.Pasal27 (1) Rapat pembinaan umum BPK diselenggarakan untuk menyampaikan kebijakan strategis BPK di bidang Pemeriksaan, kesetjenan, penunjang, dan hal-hal lain yang dipandang perlu. (2) Rapat pembinaan umum BPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihadiri oleh Ketua, Wakil Ketua, Anggota, dan Pelaksana BPK.(2) Sekretaris Jenderal menyusun dokumen Sidang BPK yang meliputi: a.kesepakatan Sidang BPK; b. resume Sidang BPK;dan c. risalah Sidang BPK. (3) Sekretaris Jenderal melakukan pemantauan tindak lanjut hasil Sidang BPK.- 15 - Pasa132 (1) Untuk melaksanakan tugas dan wewenang di bidang Pemeriksaan, BPKmenugaskan Pelaksana BPK. (2) Pelimpahan pelaksanaan tugas dan wewenang BPK kepada Pelaksana BPK ditetapkan dalam Keputusan BPK.Bagian Kedua PemeriksaanPasa131 (1) BPK menetapkan Rencana Strategis (Renstra) BPK untuk periode 5 (lima) tahunan. (2) Renstra sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat kebijakan strategis BPK bidang Pemeriksaan, kesetjenan, dan penunjang. (3) Renstra sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dirinci lebih lanjut dalam dokumen perencanaan tahunan. (4) Renstra sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam Sidang BPK. (5) Ketentuan lebih lanjut tentang Renstra dan perencanaan tahunan BPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ditetapkan dengan Keputusan BPK.Bagian Kesatu Perencanaan Strategis BPKBABV HUBUNGANKERJAANTARABPKDANPELAKSANABPKPasa130 Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan Sidang dan Rapat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 diatur dengan Keputusan Sekretaris Jenderal.- 16 - Pasa135 (1)BPK memutuskan Hasil Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1)yang perlu dibahas dalam SidangBPK.Pasa134 (1)Hasil Pemeriksaan dituangkan dalam laporan Hasil Pemeriksaansebagaikeputusan BPK. (2) Tata cara penyusunan laporan Hasil Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)yang dilakukan oleh BPK dan Pelaksana BPK diatur dalam pedoman pemeriksaan terkait yang ditetapkan dengan Keputusan BPK.Pasa133 (1)Untuk melaksanakan tugas dan wewenang di bidang Pemeriksaan, BPK dapat menggunakan pemeriksa dan/atau tenaga ahli dari luar BPKyang bekerja untuk dan atas nama BPK. (2) Penggunaan pemeriksa dan Zatautenaga ahli dari luar BPKsebagaimana dimaksud pada ayat (1)diatur dengan Peraturan BPK.(3) Pelaksanaan tugas dan wewenang di bidang Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilakukan berdasarkan standar, pedoman, petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis, dan panduan pemeriksaan. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar, pedoman, petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis, dan panduan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan Peraturan atau KeputusanBPK.-17 - Pasal37 (1) BPK menyerahkan secara tertulis Hasil Pemeriksaan yang mengandung unsur pidana kepada instansi yang berwenang. (2) Hasil Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diserahkan oleh Ketua/Wakil Ketua/ Anggota yang ditunjuk.Pasal36 (1) BPK menyampaikan Hasil Pemeriksaan kepada Lembaga Perwakilan. (2) BPK menyampaikan pula Hasil Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Presiderr/ gubernur /bupati/walikota dan/ atau pimpman entitas. (3) Penyampaian Hasil Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dan ayat (2)dilakukan oleh Ketua danj'atau Wakil Ketua dan ZatauAnggota, dan ZatauPelaksana BPK yang ditunjuk. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyampaian Hasil Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur bersama oleh BPKdan Lembaga Perwakilan sesuai dengan kewenangannya.(2) Hasil Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: a. Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat; b. Hasil Pemeriksaan atas permintaan Lembaga Perwakilan; c. Hasil Pemeriksaan tematik; d. Hasil Pemeriksaan lain yang diputuskan dalam Sidang BPK. (3) Pelaksana BPK terkait menyiapkan Hasil Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).- 18 -.. :;: .. - 4Cยฃ4C1l!< Pasa140 (1)BPK melakukan evaluasi atas hasil pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan oleh akuntan publik berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.Pasa139 (1)BPKmemantau pelaksanaan tindak lanjut rekomendasi HasilPemeriksaan. (2) Pelaksanaan pemantauan tindak lanjut rekomendasi HasilPemeriksaan dilakukan olehPelaksana BPK. (3) Hasil pemantauan tindak lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada Lembaga Perwakilan dalam HasilPemeriksaan semester. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan pemantauan tindak lanjut rekomendasi Hasil Pemeriksaan BPKdiatur dengan Keputusan BPK.BagianKetiga Dukungan PemeriksaanPasa138 (1)Dalam rangka diseminasi informasi, Hasil Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 dan Pasal 37 dapat disampaikan dalam sidang atau rapat BPK atas permintaan Ketua,WakilKetua, danfatau Anggota. (2) Penyampaian Hasil Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilaksanakan oleh Anggota yang membidangidanf atau Pelaksana BPKyang ditunjuk.(3) Penyerahan Hasil Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan oleh Pelaksana BPK yang ditunjuk oleh KetuafWakil Ketua. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyerahan Hasil Pemeriksaan yang mengandung unsur pidana diatur dengan Keputusan BPK.- 19 - Pasa142 (1) BPK melakukan pembinaan jabatan fungsional Pemeriksa. (2) Pelaksanaan pembinaan jabatan fungsional Pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Sekretaris Jenderal. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan jabatan fungsional Pemeriksa diatur dengan Peraturan BPK.Bagian Kelima Pembinaan Jabatan Fungsional PemeriksaPasa141 (1) BPK menetapkan kebijakan terkait sumber daya manusia, keuangan, serta saran a dan prasarana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan . (2) Sekretaris Jenderal mengelola sumber daya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan kebijakan yang ditetapkan BPK.Bagian Keempat Pengelolaan Sumber Daya(2) Pelaksanaan evaluasi atas Hasil Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pelaksana BPK . (3) Hasil evaluasi atas Hasil Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada Lembaga Perwakilan. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara evaluasi atas Hasil Pemeriksaan yang dilakukan oleh akuntan publik diatur dengan Keputusan BPK.-20 - Pasa144 (1)BPK berwenang menilai dan Zataumenetapkan jumlah kerugian negara/ daerah yang diakibatkan oleh perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai yang dilakukan olehbendahara, pengelolaBUMN/BUMD, dan lembaga atau badan lain yang menyelenggarakan pengelolaankeuangan negara. (2) Dalam rangka penyelesaian kerugian negara/daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1),BPKmembentuk MajelisTuntutan Perbendaharaan. (3) Tata cara penyelesaian ganti kerugian negara/ daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)ditetapkan dengan Peraturan BPKsetelah berkonsultasi dengan Pemerintah. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Majelis Tuntutan Perbendaharaan diatur dengan Keputusan BPK.BABVI HUBUNGAN KERJAANTARA BPKDANMAJELISTUNTUTAN PERBENDAHARAANPasa143 (1)Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, BPK dapat menetapkan Peraturan BPKdan naskah dinas. (2) Pelaksanaan penyusunan Peraturan BPK dan naskah dinas dilakukan olehPelaksana BPK. (3) Tata cara penyusunan dan penetapan Peraturan BPKdan naskah dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan BPK.Bagian Keenam Peraturan BPKdan Naskah Dinas-21 - Pasal46 (1) BPKmenjalin hubungan dengan lembaga atau badan lain di dalam negeri sesuai ketentuan peraturan perundangยญ undangan yang berlaku dalam rangka pelaksanaan tugas dan wewenang BPK. (2) Pelaksanaan hubungan sebagaimana dimaksud pada dilakukan dengan memperhatikan integritas, independensi, dan profesionalisme BPK. (3) Dalam melakukan hubungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BPK dapat melakukan kerja sama yang dituangkan dalam bentuk kesepakatan bersama atau perjanjian kerja sama. (4) Kesepakatan bersama atau perjanjian kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (3)ditandatangani oleh Ketua, Wakil Ketua, Anggota, atau Pelaksana BPK yang ditunjuk setelah mendapat persetujuan Sidang BPK. (5) Mekanisme pelaksanaan hubungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Keputusan Sekretaris Jenderal.Bagian Pertama Hubungan AntarlembagaBABVIII HUBUNGANANTARABPKDANPEMANGKUKEPENTINGANPasal45 (1) BPK berwenang menetapkan Kode Etik Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. (2) Untuk menegakkan Kode Etik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BPK membentuk Majelis Kehormatan Kode Etik (MKKE). (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Kode Etik dan MKKE diatur dengan Peraturan BPK.BABVII HUBUNGANKERJAANTARABPKDAN MAJELIS KEHORMATANKODE ETIK-22 - Pasa148 (1)BPKdanZatau Pelaksana BPKdapat rnengikuti kegiatan internasional lainnya berdasarkan rnanfaat yang diperoleh BPK. (2) Kegiatan internasional lainnya sebagairnana dirnaksud pada ayat (1)dilaporkan secara tertulis kepada Ketua, WakilKetua, dan Anggota.Pasa147 (1)BPK dapat rnelakukan hubungan internasional yang rneliputi: a. hubungan dengan orgamsasr lernbaga perneriksa internasional; b. hubungan dengan lernbagaperneriksa negara lain; c. hubungan dengan lernbagainternasional; d. hubungan internasionallainnya. (2) Hubungan internasional sebagairnana dirnaksud pada ayat(1)dilakukan berdasarkan rnanfaat yang diperoleh BPKdan dilaporkan secara tertulis kepada Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota. (3) Dalarn rnelakukan hubungan internasional sebagairnana dirnaksud pada ayat (1),BPK dapat rnelakukan kerja sarna yang dituangkan dalarn bentuk kesepakatan bersarna atau perjanjian kerja sarna. (4) Kesepakatan bersarna atau perjanjian kerja sarna sebagairnana dirnaksud pada ayat (3)ditandatangani oleh Ketua atau Wakil Ketua setelah rnendapat persetujuan Sidang BPK.BagianKedua Hubungan Internasional-23 - Pasa151 (1) BPK dapat menjalin hubungan dengan organisasi nonpemerintah dan organisasi profesi dalam rangka pelaksanaan tugas dan wewenangBPK. (2) Pelaksanaan hubungan sebagaimana dimaksud pada dilakukan dengan memperhatikan integritas, independensi, dan profesionalismeBPK. (3) Dalam melakukan hubungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BPKdapat melakukan kerja sarna yang dituangkan dalam bentuk kesepakatan bersama atau perjanjian kerja sarna.Pasa150 (1) BPKmengelolainformasidari masyarakat dalam rangka pelaksanaan tugas dan wewenangBPK. (2) Informasi dari masyarakat sebagaimana dimaksud pada termasuk hasil penelitian dan pengembangan, kajian, pendapat dan keterangan organisasi profesi terkait, berita media massa, dan pengaduan langsung dari masyarakat.BagianKetiga Hubungan dengan Masyarakatdan MediaMassamempertimbangkanketersediaan anggaran. (2) Mekanisme pelaksanaan hubungan internasional dan kegiatan internasional lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Keputusan Sekretaris Jenderal.Pasa149 hubungan internasional dan kegiatan lainnya sebagaimana dimaksud dalam dan Pasal 48 dilakukan denganPelaksanaan internasional
Keuangan;BADANPEMERIKSA KEUANGANREPUBLIK INDONESIA,DENGAN RAHMATTUHANYANGMAHAESAPERATURANBADANPEMERIKSA KEUANGAN
15
2004
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
null
Pasal 47
(1)-24 - Pasa153 (1)Untuk menjamin pelaksanaan pembayaran ganti kerugian, BPKberwenangmemantau: a. penyelesaian ganti kerugian negara/ daerah yang ditetapkan oleh Pemerintah terhadap pegawainegeri bukan bendahara dan pejabat lain;BagianKesatu Pemantauan KerugianNegaraBABIX PEMANTAUAN DANPENYELESAIAN KERUGIAN NEGARAPasa152 (1)BPK dapat menjalin hubungan dengan media massa dalam rangka pemberian keterangan dan/ atau penjelasan mengenai pelaksanaan tugas dan wewenang BPK. (2) Keterangan dan/ atau penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)diberikan olehKetua,WakilKetua,Anggota, darr/atau Pelaksana BPKyang ditunjuk. (3) Pemberian keterangan terkait Hasil Pemeriksaan dapat dilakukan setelah Hasil Pemeriksaan diserahkan kepada LembagaPerwakilan . (4) Hubungan BPK dengan media massa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)difasilitasi oleh Sekretariat Jenderal.(4) Kesepakatan bersama atau perjanjian kerja sarna sebagaimana dimaksud pada ayat (3)ditandatangani oleh Ketua, Wakil Ketua, Anggota, atau Pelaksana BPK yang ditunjuk setelah mendapat persetujuan Sidang BPK . (5) Mekanisme pelaksanaan hubungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)ditetapkan dengan Keputusan Sekretaris Jenderal.-25 - Pasa154 (1)BPK dapat memberikan Pertimbangan tentang penyelesaian kerugian negara/daerah yang ditetapkan olehPemerintah Pusat/Pemerintah Daerah. (2) Pemberian Pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat(1)dilakukan oleh Ketua/Wakil Ketua/ Anggota/ Pelaksana BPKyangditunjuk. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian Pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Keputusan BPK.BagianKedua Pertimbangan PenyelesaianKerugianNegaradan RekomendasiPenghapusan Piutang Negarapelaksanaan dan penyelesaian ganti kerugian negara/ daerah diatur dengan Keputusan BPK .pemantauan mengenai lanjut lebih (3) Ketentuan(2) Hasil pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberitahukan secara tertulis kepada Lembaga Perwakilansesuai dengan kewenangannya.c.pelaksanaan pengenaan ganti kerugian negara/daerah yang ditetapkan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.BUMN/BUMD,dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara yang telah ditetapkan olehBPK;dankerugian pengelolab. pelaksanaan pengenaan ganti negara/daerah kepada bendahara,-26- Pasa157 (1)BPK dapat memberikan Pendapat kepada DPR, DPD, DPRD, Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara Lain, BI, BUMN, BLU, BUMD, Yayasan, dan lembaga atau badan lain, yang diperlukan karena sifat pekerjaannya.Bagian Kesatu Pemberian PendapatBABXI PEMBERIAN PENDAPAT, PERTIMBANGAN, DAN KETERANGAN AHLIPasa156 (1)Untuk mendukung pelaksanaan tugas Pemeriksaan, BPK menetapkan standar pemeriksaan keuangan negara. (2) Standar pemeriksaan keuangan negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)ditetapkan dengan Peraturan BPK.BABX PENYUSUNAN STANDAR PEMERIKSMNPasa155 (1)BPK dapat memberikan rekomendasi penghapusan secara bersyarat atas piutang negara/ daerah yang berupa tuntutan ganti rugi dari pembukuan setelah piutang dimaksud ditetapkan sebagai Piutang Negara Sementara Belum Dapat Ditagih (PSBDT). (2) Pemberian rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat(1)dilakukan oleh Ketua/Wakil Ketua/Anggota/ Pelaksana BPKyang ditunjuk. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)diatur dengan Keputusan BPK.-27- Pasa160 BPK dapat memberikan Pertimbangan lainnya berdasarkan ketentuan peraturan perundangan-undangan.BagianKeempat PertimbanganLainPasa159 (1)BPKberwenang memberi Pertimbangan atas rancangan SPIPPusat/Daerah sebelum ditetapkan oleh Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah. (2) Pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada pemerintah setelah mendapat persetujuan BPK.BagianKetiga Pertimbangan SPIPPasa158 (1)BPKberwenangmemberiPertimbangan atas SAP. (2) Pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada pemerintah setelah mendapat persetujuan BPK.BagianKedua Pertimbangan SAP(2) Pendapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilakukan berdasarkan inisiatif BPKatau permintaan pihak di luar BPK. (3) Pendapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada pihak terkait setelah mendapat persetujuan BPK. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman pemberian Pendapat diatur dengan Keputusan BPK.-28 - Pasa162 (1) BPKmenyusun laporan keuangan tahunan. (2) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperiksa oleh akuntan publik yang ditunjuk oleh DPR atas usul BPK dan Menteri Keuangan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) BPK menindaklanjuti hasil pemeriksaan laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2). (4) Pelaksanaan tindak lanjut sebagaimana dimaksud pada dilakukan olehPelaksana BPK.BagianKesatu KeuanganBABXII AKUNTABILITASPasal 61 (1) BPK dapat memberikan keterangan ahli dalam proses peradilan mengenaikerugian keuangan negarafdaerah. (2) Pelaksanaan pemberian keterangan ahli dilakukan oleh KetuafWakil KetuafAnggotafPelaksana BPK yang ditunjukftenaga ahli dari luar BPKyang bekerja untuk dan atas nama BPK. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian keterangan ahli diatur dengan Peraturan BPK.BagianKelima PemberianKeteranganAhli- 29- Pasal64 (1) Untuk menjarrun mutu pelaksanaan tugas dan wewenangnya, BPK menyelenggarakan sistem pengendalian mutu. (2) Sistem pengendalian mutu sebagaimana dimaksud pada ditelaah oleh badan pemeriksa keuangan negara lain yang menjadi anggota organisasi pemeriksa keuangan sedunia yang ditunjuk oleh BPK setelah mendapat pertimbangan DPR . (3) BPK menindaklanjuti hasil telaahan badan pemeriksa keuangan negara lain sebagaimana dimaksud pada ayat (2). (4) Pelaksanaan tindak lanjut sebagaimana dimaksud pada dilakukan olehPelaksana BPK .BagianKetiga SistemPengendalianPasal63 (1) BPK menyusun dan menetapkan laporan kinerja semesteran dan tahunan . (2) Laporan kinerja memuat informasi tentang rencana dan realisasi kegiatanyangdilaksanakan BPK . (3) Laporan kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun berdasarkan laporan yangdisampaikan dari unit kerja dilingkungan Pelaksana BPKsecara berjenjang. (4) Laporan kinerja menjadi bahan evaluasi kinerja BPK dalam menyusun rencana kegiatan selanjutnya .BagianKedua Kinerja-30- Pasa168 Pada saat Peraturan BPKini mulai berlaku, Surat Keputusan BPK Nomor 05/SK/K/1995 tentang Tata Kerja Badan Pemeriksa Keuangan, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku .BABXIV KETENTUAN PENUTUPPasa167 Semua Peraturan BPKdan Keputusan BPKyang sudah ada sebelum Peraturan BPKini berlaku, dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam Peraturan BPKini.BABXIII KETENTUAN PERALIHANPasa166 (1) Untuk memberikan keyakinan yang memadai atas tercapainya efektifitas dan efisiensi pencapaian tujuan BPK, keandalan pelaporan keuangan, keamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundangยญ undangan yang berlaku, BPKmenyelenggarakan Sistem Pengendalian Intern (SPI). (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai SPI BPKsebagaimana dimaksud pada ayat (1)diatur dalam Keputusan BPK .Pasa165 (1) BPK melakukan pemantauan atas pelaksanaan tindak lanjut rekomendasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64. (2) Pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan BPK.-31- ~~---------~~~ I/oNIZAM BURHANUDDIN -Salinan sesuai dengan aslinya BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEPALA DIREKTORAT UTAMA PEMBINAAN DAN PENGEMBANGA N HUKUM PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA,LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 112YASONNA H. LAOLYttdMENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA ,Diundangkan di Jakarta pada tanggal 16 Juni 2016HARRY AZHAR AZISttdBADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KETUA,Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 15 Juni 20 16Agar setiap orang mengetahuinya, me merintahkan pengundangan Peraturan BPK ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia .Pasa169 Peraturan BPK ini mulai berlaku pada tanggal diu ndangkan.-32-ยท RatA.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
17
2008
PENETAPAN PENSIUN POKOK PURNAWIRAWAN,
null
Pasal 1
Terhitung mulai tanggal 1 Januari 2008, pensiun pok ok Purnawirawan, Warakawuri atau Duda, tunjangan Anak Yatim/Piatu, Anak Yatim Piatu, dan tunjangan Orang Tua Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia diteta pkan sebagaimana dimaksud dalam Lampiran I, Lampiran II, Lampiran III, Lampiran IV, dan Lampiran V Peratur an Pemerintah ini.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
17
2008
PENETAPAN PENSIUN POKOK PURNAWIRAWAN,
null
Pasal 2
Bagi Purnawirawan yang menerima pensiun karena caca t tetap diberikan tunjangan cacat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
17
2008
PENETAPAN PENSIUN POKOK PURNAWIRAWAN,
null
Pasal 3
(1) Bagi penerima Pensiun Warakawuri atau Duda, Tunjang an Anak Yatim/Piatu, Anak Yatim Piatu dari Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang gugur/tewas/meninggal dunia dan tunjangan Orang Tua dari Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia y ang gugur/tewas/meninggal dunia dalam dan karena dinas sebelum tanggal 1 Juli 2001, setelah pensiun pokok/tunjangannya disesuaikan menurut Peraturan Pemerintah ini ternyata: a. tidak . . . - 4 - a. tidak mengalami kenaikan atau mengalami penurunan penghasilan, kepadanya diberikan tambahan penghasil an sebesar jumlah penurunan penghasilannya ditambah dengan 15% (lima belas persen) dari penghasilan. b. mengalami kenaikan penghasilan kurang 15% (lima bel as persen) dari penghasilan, kepadanya diberikan tamba han penghasilan sehingga kenaikan penghasilannya menjad i sebesar 15% (lima belas persen). (2) Penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adal ah penghasilan yang diterima pada bulan Desember 2007 tidak termasuk tunjangan pangan. (3) Apabila terjadi mutasi keluarga sejak Januari 2008, maka penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibayarkan dengan memperhitungkan perubahan penghasilan sesuai dengan mutasi keluarga.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
17
2008
PENETAPAN PENSIUN POKOK PURNAWIRAWAN,
null
Pasal 4
(1) Pembayaran pensiun pokok Purnawirawan, Warakawuri atau Duda, tunjangan Anak Yatim/Piatu, Anak Yatim P iatu dan tunjangan Orang Tua Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang gugur/tewas/meninggal dunia dalam dan karena dinas, diberikan terhitung mulai t anggal 1 Januari 2008. (2) Sejak mulai diberlakukannya penetapan pensiun pokok/tunjangan sebagaimana dimaksud pada Peraturan Pemerintah ini, kepada Purnawirawan, Warakawuri ata u Duda, penerima tunjangan Anak Yatim/Piatu, Anak Yat im Piatu dan Orang Tua Anggota Kepolisian Negara Repub lik Indonesia, diberikan selisih penghasilan yang diter ima berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berla ku sebelumnya dengan penghasilan yang diterima berdasarkan Peraturan Pemerintah ini.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
17
2008
PENETAPAN PENSIUN POKOK PURNAWIRAWAN,
null
Pasal 5
. . . - 5 -
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
17
2008
PENETAPAN PENSIUN POKOK PURNAWIRAWAN,
null
Pasal 5
Penyesuaian pensiun pokok sebagaimana dimaksud dala m
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
17
2008
PENETAPAN PENSIUN POKOK PURNAWIRAWAN,
null
Pasal 6
Selain pensiun pokok/tunjangan pokok, kepada peneri ma pensiun Purnawirawan/Warakawuri atau Duda, tunjanga n Anak Yatim/Piatu, Anak Yatim Piatu, tunjangan Orang Tua dan penerima tunjangan cacat Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia diberikan tunjangan keluarga dan tunjanga n pangan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
17
2008
PENETAPAN PENSIUN POKOK PURNAWIRAWAN,
null
Pasal 7
Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan bagi pelaksa naan Peraturan Pemerintah ini ditetapkan oleh Kepala Kep olisian dan/atau Menteri Keuangan baik secara bersama-sama maupun secara sendiri-sendiri menurut bidang tugasn ya masing-masing.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
17
2008
PENETAPAN PENSIUN POKOK PURNAWIRAWAN,
null
Pasal 8
Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, P eraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2007 tentang Penetapan Pe nsiun Pokok Purnawirawan, Warakawuri atau Duda, Tunjangan Anak Yatim/Piatu, Anak Yatim Piatu dan Tunjangan Orang T ua Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, dicab ut dan dinyatakan tidak berlaku.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
17
2008
PENETAPAN PENSIUN POKOK PURNAWIRAWAN,
null
Pasal 9
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar . . . - 6 - Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indone sia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 4 Pebruari 2008 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd. DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO Diundangkan di Jakarta pada tanggal 4 Pebruari 2008 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd. ANDI MATTALATTA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2008 NOMO R 30 Salinan sesuai dengan aslinya SEKRETARIAT NEGARA Kepala Biro Peraturan Perundang-undangan Bidang Politik dan Kesejahteraan Rakyat, Wisnu Setiawan
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
2
2008
JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK
null
Pasal 1
(1) Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak dalam Peraturan Pemerintah ini adalah Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berasal dari penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan yang luas kawasan hutannya di atas 30% (tiga puluh persen) dari luas daerah aliran sungai dan/atau pulau. (2) Tarif Penerimaan Negara Bukan Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung berdasarkan formula sebagai berikut : PNBP = (L1 x tarif ) + (L2 x 4 x tarif ) + (L3 x 2 x tarif ) Rp/tahun L1 adalah area terganggu karena penggunaan kawasan hutan untuk sarana prasarana penunjang yang bersifat permanen dan bukaan tambang selama jangka waktu penggunaan kawasan hutan (ha) L2 adalah . . . PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 3 - L2 adalah area terganggu karena penggunaan kawasan hutan yang bersifat temporer yang secara teknis dapat dilakukan reklamasi (ha) L3 adalah area terganggu karena penggunaan kawasan hutan yang bersifat permanen yang secara teknis tidak dapat dilakukan reklamasi (ha) (3) Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) adalah sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran Peraturan Pemerintah ini. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai sarana prasarana penunjang yang bersifat permanen, bukaan tambang, dan penggunaan kawasan hutan yang bersifat temporer dan permanen diatur dengan Peraturan Menteri Kehutanan berdasarkan usulan Menteri teknis terkait.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
2
2008
JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK
null
Pasal 2
Seluruh Penerimaan Negara Bukan Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 wajib disetor langsung secepatnya ke kas negara.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
2
2008
JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK
null
Pasal 3
Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 mempunyai tarif dalam bentuk satuan rupiah.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
2
2008
JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK
null
Pasal 4
(1) Terhadap penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan yang bersifat nonkomersial dikenakan tarif sebesar Rp0,00 (nol rupiah). (2) Ketentuan . . . PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 4 - (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan yang bersifat nonkomersial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri Kehutanan.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
2
2008
JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK
null
Pasal 5
Tata cara pengenaan, pemungutan, dan penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 diatur lebih lanjut oleh Menteri Keuangan setelah menerima usulan dan pertimbangan tertulis dari Menteri Kehutanan.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
2
2008
JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK
null
Pasal 6
Pengguna kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan yang telah menyelesaikan kewajiban kompensasi lahan sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini, tidak dikenakan tarif Penerimaan Negara Bukan Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
2
2008
JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK
null
Pasal 7
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar . . . PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 5 - Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 4 Februari 2008 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO Diundangkan di Jakarta pada tanggal 4 Februari 2008 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd ANDI MATTALATTA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2008 NOMOR 15 Salinan sesuai dengan aslinya DEPUTI MENTERI SEKRETARIS NEGARA BIDANG PERUNDANG-UNDANGAN, ttd MUHAMMAD SAPTA MURTI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERASAL DARI PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN UNTUK KEPENTINGAN PEMBANGUNAN DI LUAR KEGIATAN KEHUTANAN YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN KEHUTANAN I. UMUM Sumber daya hutan Indonesia merupakan karunia Tuhan Yang Maha Kuasa sebagai penyangga kehidupan manusia melalui berbagai fungsinya. Hilangnya fungsi hutan mengakibatkan bencana seperti banjir, kekeringan, hilangnya keanekaragaman hayati, cadangan pangan, cadangan obat-obatan, hasil kayu dan nonkayu, dan lain-lain. Oleh karena itu, sumber daya hutan merupakan objek sekaligus subjek pembangunan yang sangat strategis. Penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan yang saat ini dilakukan, belum sepenuhnya memberikan penghargaan terhadap nilai manfaat hutan yang hilang. Nilai manfaat hutan ini antara lain kompensasinya adalah dalam bentuk lahan kompensasi, tetapi lahan kompensasi sulit diperoleh. Oleh karena itu, diperlukan suatu nilai pengganti terhadap lahan kompensasi. Sehubungan dengan maksud tersebut di atas dan untuk memenuhi ketentuan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak, perlu ditetapkan jenis dan tarif atas jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berasal dari penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan. II. PASAL DEMI PASAL
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
2
2008
JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK
null
Pasal 2
Cukup jelas.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
2
2008
JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK
null
Pasal 3
Cukup jelas.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
2
2008
JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK
null
Pasal 4
Cukup jelas.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
2
2008
JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK
null
Pasal 5
Cukup jelas.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
2
2008
JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK
null
Pasal 6
Cukup jelas.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
2
2008
JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK
null
Pasal 7
Cukup jelas. TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4813 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TANGGAL 4 FEBRUARI 2008 JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERASAL DARI PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN UNTUK KEPENTINGAN PEMBANGUNAN DI LUAR KEGIATAN KEHUTANAN YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN KEHUTANAN JENIS PNBP SATUAN TARIF 1. Penggunaan kawasan hutan untuk tambang terbuka yang bergerak secara horizontal (tambang terbuka horizontal) hutan lindung Ha /tahun Rp 3.000.000,00 hutan produksi Ha /tahun Rp 2.400.000,00 2. Penggunaan kawasan hutan untuk tambang terbuka yang bergerak secara vertikal hutan lindung Ha /tahun Rp 2.250.000,00 hutan produksi Ha /tahun Rp 1.800.000,00 3. Penggunaan kawasan hutan untuk tambang bawah tanah hutan lindung Ha /tahun Rp 2.250.000,00 hutan produksi Ha /tahun Rp 1.800.000,00 4. Penggunaan kawasan hutan untuk migas, panas bumi, jaringan te lekomunikasi, repiter telekomunikasi, stasiu n pemancar radio, stasiun relai televisi, ketenagalistrikan, instalasi teknologi energi terbarukan, instalasi air, dan jalan tol hutan lindung Ha /tahun Rp 1.500.000,00 hutan produksi Ha /tahun Rp 1.200.000,00 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, t t d DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO Salinan sesuai dengan aslinya DEPUTI MENTERI SEKRETARIS NEGARA BIDANG PERUNDANG-UNDANGAN, ttd MUHAMMAD SAPTA MURTI
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
37
2007
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006
null
Pasal 10
, Pasal 13 ayat (4), Pasal 24 ayat (3), Pasal 76, Pasal 79 ayat (3), Pasal 82 ayat (3), Pasal 84 ayat (2), Pasal 85 ayat (2), Pasal 86 ayat (2), Pasal 87 ayat (2), dan Pasal 105 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548); 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4674). MEMUTUSKAN . . . PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 2 - MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
37
2007
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006
BAB I - KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Administrasi Kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan penertiban dalam penerbitan dokumen dan Data Kependudukan melalui Pendaftaran Penduduk, Pencatatan Sipil, pengelolaan informasi Administrasi Kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lain. 2. Penduduk adalah Warga Negara Indonesia dan Orang Asing yang bertempat tinggal di Indonesia. 3. Warga Negara Indonesia adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai Warga Negara Indonesia. 4. Orang Asing adalah orang bukan Warga Negara Indonesia. 5. Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab dalam urusan pemerintahan dalam negeri. 6. Penyelenggara adalah Pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota yang bertanggung jawab dan berwenang dalam urusan Administrasi Kependudukan. 7. Direktorat Jenderal adalah Direktorat Jenderal yang bidang tugasnya meliputi Administrasi Kependudukan. 8. Instansi Pelaksana adalah perangkat pemerintah kabupaten/kota yang bertanggung jawab dan berwenang melaksanakan pelayanan dalam urusan Administrasi Kependudukan. 9. Dokumen . . . PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 3 - 9. Dokumen Kependudukan adalah dokumen resmi yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana yang mempunyai kekuatan hukum sebagai alat bukti autentik yang dihasilkan dari pelayanan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil. 10. Data Kependudukan adalah data perseorangan dan/atau data agregat yang terstruktur sebagai hasil dari kegiatan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil. 11. Pendaftaran Penduduk adalah pencatatan biodata Penduduk, pencatatan atas pelaporan Peristiwa Kependudukan dan pendataan Penduduk rentan Administrasi Kependudukan serta penerbitan Dokumen Kependudukan berupa kartu identitas atau surat keterangan kependudukan. 12. Peristiwa Kependudukan adalah kejadian yang dialami Penduduk yang harus dilaporkan karena membawa akibat terhadap penerbitan atau perubahan Kartu Keluarga, Kartu Tanda Penduduk dan/atau surat keterangan kependudukan lainnya meliputi pindah datang, perubahan alamat, serta status tinggal terbatas menjadi tinggal tetap. 13. Nomor Induk Kependudukan, selanjutnya disingkat NIK, adalah nomor identitas Penduduk yang bersifat unik atau khas, tunggal dan melekat pada seseorang yang terdaftar sebagai Penduduk Indonesia. 14. Kartu Keluarga, selanjutnya disingkat KK, adalah kartu identitas keluarga yang memuat data tentang nama, susunan dan hubungan dalam keluarga, serta identitas anggota keluarga. 15. Kartu Tanda Penduduk, selanjutnya disingkat KTP, adalah identitas resmi Penduduk sebagai bukti diri yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana yang berlaku di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. 16. Pencatatan Sipil adalah pencatatan Peristiwa Penting yang dialami oleh seseorang dalam register Pencatatan Sipil pada Instansi Pelaksana. 17. Pejabat Pencatatan Sipil adalah pejabat yang melakukan pencatatan Peristiwa Penting yang dialami seseorang pada Instansi Pelaksana yang pengangkatannya sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan. 18. Kepercayaan . . . PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 4 - 18. Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah pernyataan dan pelaksanaan hubungan pribadi dengan Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keyakinan yang diwujudkan dengan perilaku ketaqwaan dan peribadatan terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta pengamalan budi luhur yang ajarannya bersumber dari kearifan lokal bangsa Indonesia. 19. Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, selanjutnya disebut Penghayat Kepercayaan adalah setiap orang yang mengakui dan meyakini nilai-nilai penghayatan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 20. Surat Perkawinan Penghayat Kepercayaan adalah bukti terjadinya perkawinan Penghayat Kepercayaan yang dibuat, ditandatangani dan disahkan oleh Pemuka Penghayat Kepercayaan. 21. Peristiwa Penting adalah kejadian yang dialami oleh seseorang meliputi kelahiran, kematian, lahir mati, perkawinan, perceraian, pengakuan anak, pengesahan anak, pengangkatan anak, perubahan nama dan perubahan status kewarganegaraan. 22. Sistem Informasi Administrasi Kependudukan, selanjutnya disingkat SIAK, adalah sistem informasi yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk memfasilitasi pengelolaan informasi Administrasi Kependudukan di tingkat Penyelenggara dan Instansi Pelaksana sebagai satu kesatuan. 23. Data Pribadi adalah data perseorangan tertentu yang disimpan, dirawat, dan dijaga kebenaran serta dilindungi kerahasiaannya. 24. Unit Pelaksana Teknis Dinas Instansi Pelaksana, selanjutnya disingkat UPTD Instansi Pelaksana, adalah satuan kerja di tingkat kecamatan yang melaksanakan pelayanan Pencatatan Sipil dengan kewenangan menerbitkan akta. 25. Petugas Rahasia Khusus adalah Petugas Reserse dan Petugas Intelijen yang melakukan tugas khusus di luar daerah domisilinya. 26. Dokumen Identitas Lainnya adalah dokumen resmi yang diterbitkan oleh Departemen/Lembaga Pemerintah Non Departemen atau Badan Hukum Publik dan Badan Hukum Privat yang terkait dengan identitas penduduk, selain Dokumen Kependudukan. 27. Penduduk . . . PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 5 - 27. Penduduk Pelintas Batas adalah penduduk yang bertempat tinggal secara turun temurun di wilayah kabupaten/kota yang berbatasan langsung dengan negara tetangga yang melakukan lintas batas antar negara karena kegiatan ekonomi, sosial dan budaya. 28. Daerah Perbatasan adalah daerah batas wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan daerah batas wilayah negara tetangga yang disepakati bersama berdasarkan perjanjian lintas batas (crossing border agreement) antara Pemerintah Republik Indonesia dan pemerintah negara tetangga, berdasarkan Peraturan Perundang-undangan. 29. Database adalah kumpulan berbagai jenis data kependudukan yang tersimpan secara sistematik, terstruktur dan saling berhubungan dengan menggunakan perangkat lunak, perangkat keras dan jaringan komunikasi data. 30. Data Center adalah tempat/ruang penyimpanan perangkat database pada Penyelenggara Pusat yang menghimpun data kependudukan dari penyelenggara provinsi, penyelenggara kabupaten/kota dan Instansi Pelaksana . 31. Hak Akses adalah hak yang diberikan oleh Menteri kepada petugas yang ada pada Penyelenggara dan Instansi Pelaksana untuk dapat mengakses database kependudukan sesuai dengan izin yang diberikan. 32. Pengguna Data Pribadi Penduduk adalah instansi pemerintah dan swasta yang membutuhkan informasi data sesuai dengan bidangnya.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
37
2007
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006
BAB II - PENYELENGGARAAN KEWENANGAN
Pasal 2
Urusan Administrasi Kependudukan diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota. Bagian Kedua ... PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 6 - Bagian Kedua Pemerintah
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
37
2007
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006
BAB II - PENYELENGGARAAN KEWENANGAN
Pasal 3
Pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab menyelenggarakan Administrasi Kependudukan secara nasional, yang dilakukan oleh Menteri dengan kewenangan meliputi: koordinasi antarinstansi dalam urusan Administrasi Kependudukan; penetapan sistem, pedoman, dan standar pelaksanaan Administrasi Kependudukan; sosialisasi Administrasi Kependudukan; pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi pelaksanaan urusan Administrasi Kependudukan; pengelolaan dan penyajian Data Kependudukan berskala nasional; dan pencetakan, penerbitan, dan distribusi blangko Dokumen Kependudukan.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
37
2007
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006
BAB II - PENYELENGGARAAN KEWENANGAN
Pasal 4
Dalam menyelenggarakan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a, Menteri berwenang mengadakan koordinasi: a. secara nasional dengan melibatkan departemen/lembaga pemerintah non departemen, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota secara berkala; b. antarsusunan pemerintahan yang terkait dengan penyelenggaraan urusan Administrasi Kependudukan; dan c. dengan Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
37
2007
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006
BAB II - PENYELENGGARAAN KEWENANGAN
Pasal 5
(1) Dalam menyelenggarakan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b, Menteri berwenang menetapkan pedoman perencanaan dan pelaksanaan, standar spesifikasi dan standar kualitas formulir, pengendalian serta pengawasan. (2) Ketentuan . . . PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 7 - (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman perencanaan dan pelaksanaan, standar spesifikasi dan standar kualitas formulir, pengendalian serta pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
37
2007
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006
BAB II - PENYELENGGARAAN KEWENANGAN
Pasal 6
Dalam menyelenggarakan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c, Menteri berwenang mengadakan: a. bahan sosialisasi; b. kerja sama dengan organisasi kemasyarakatan dan perguruan tinggi; c. sosialisasi iklan layanan masyarakat melalui media cetak dan elektronik; dan d. komunikasi, informasi dan edukasi kepada seluruh lapisan masyarakat.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
37
2007
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006
BAB II - PENYELENGGARAAN KEWENANGAN
Pasal 7
Dalam menyelenggarakan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf d, Menteri berwenang: a. menetapkan standar kualifikasi sumber daya manusia pelaksana Administrasi Kependudukan; b. memberikan bimbingan teknis pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan informasi kependudukan dan pendayagunaan data kependudukan; c. melaksanakan supervisi kegiatan verifikasi dan validasi data kependudukan serta penyelenggaraan Administrasi Kependudukan; dan d. memberikan konsultasi pelaksanaan Administrasi Kependudukan.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
37
2007
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006
BAB II - PENYELENGGARAAN KEWENANGAN
Pasal 8
Dalam menyelenggarakan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf e, Menteri menetapkan: a. tata cara pengelolaan data kependudukan yang bersifat perseorangan, agregat dan data pribadi di pusat, provinsi dan kabupaten/kota; dan b. tata cara penyajian data kependudukan yang valid, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
37
2007
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006
BAB II - PENYELENGGARAAN KEWENANGAN
Pasal 9
. . . PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 8 -
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
37
2007
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006
BAB II - PENYELENGGARAAN KEWENANGAN
Pasal 9
(1) Dalam menyelenggarakan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf f, Menteri menetapkan: a. standar dan spesifikasi blangko Dokumen Kependudukan berupa blangko KK, KTP, Register Akta Pencatatan Sipil, Kutipan Akta Pencatatan Sipil; b. perusahaan pencetak blangko Dokumen Kependudukan berupa blangko KK, KTP, Register Akta Pencatatan Sipil, Kutipan Akta Pencatatan Sipil; dan c. pedoman penerbitan dan distribusi blangko dokumen kependudukan. (2) Penetapan perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan melalui uji kompetensi perusahaan pencetak blangko dokumen kependudukan. (3) Uji kompetensi perusahaan pencetak blangko dokumen kependudukan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi persyaratan administratif dan teknis percetakan yang ditetapkan oleh tim yang dibentuk oleh Menteri. (4) Menteri berwenang menetapkan perusahaan pencetak blangko Dokumen Kependudukan dari yang telah dinyatakan lulus uji kompetensi.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
37
2007
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006
BAB II - PENYELENGGARAAN KEWENANGAN
Pasal 10
(1) Perusahaan pencetak yang telah ditetapkan oleh Menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (4) berhak mengikuti pengadaan blangko dokumen kependudukan. (2) Pengadaan blangko Dokumen Kependudukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan. (3) Menteri berwenang melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap pencetakan, pengadaan, penerbitan dan distribusi blangko dan formulir Dokumen Kependudukan. Bagian Ketiga . . . PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 9 - Bagian Ketiga Pemerintah Provinsi
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
37
2007
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006
BAB II - PENYELENGGARAAN KEWENANGAN
Pasal 11
Pemerintah provinsi berkewajiban dan bertanggung jawab menyelenggarakan urusan Administrasi Kependudukan, yang dilakukan oleh gubernur dengan kewenangan meliputi: koordinasi penyelenggaraan Administrasi Kependudukan; pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi pelaksanaan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil; pembinaan dan sosialisasi penyelenggaraan Administrasi Kependudukan; pengelolaan dan penyajian Data Kependudukan berskala provinsi; dan koordinasi pengawasan atas penyelenggaraan Administrasi Kependudukan.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
37
2007
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006
BAB II - PENYELENGGARAAN KEWENANGAN
Pasal 12
(1) Dalam menyelenggarakan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf a, gubernur mengadakan koordinasi: a. dengan instansi vertikal dan lembaga pemerintah non departemen; dan b. antar kabupaten/kota mengenai penyelenggaraan urusan Administrasi Kependudukan. (2) Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkaitan dengan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi penyelenggaraan Administrasi Kependudukan.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
37
2007
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006
BAB II - PENYELENGGARAAN KEWENANGAN
Pasal 13
Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf b, gubernur : a. memberikan bimbingan teknis pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan informasi kependudukan dan pendayagunaan data kependudukan; b. melaksanakan supervisi kegiatan verifikasi dan validasi data kependudukan serta penyelenggaraan administrasi kependudukan; dan c. memberikan konsultasi penyelenggaraan administrasi kependudukan.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
37
2007
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006
BAB II - PENYELENGGARAAN KEWENANGAN
Pasal 14
. . . PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 10 -
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
37
2007
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006
BAB II - PENYELENGGARAAN KEWENANGAN
Pasal 14
Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf c, gubernur mengadakan: a. koordinasi sosialisasi antarinstansi vertikal dan lembaga pemerintah non departemen; b. kerja sama dengan organisasi kemasyarakatan dan perguruan tinggi; c. sosialisasi iklan layanan masyarakat melalui media cetak dan elektronik; dan d. komunikasi, informasi dan edukasi kepada seluruh lapisan masyarakat.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
37
2007
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006
BAB II - PENYELENGGARAAN KEWENANGAN
Pasal 15
Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf d, gubernur melakukan: a. pengelolaan data kependudukan yang bersifat perseorangan, agregat dan data pribadi; dan b. penyajian data kependudukan yang valid, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
37
2007
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006
BAB II - PENYELENGGARAAN KEWENANGAN
Pasal 16
(1) Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf e, gubernur melakukan koordinasi pengawasan antarinstansi terkait. (2) Koordinasi pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui rapat koordinasi, konsultasi, pencegahan dan tindakan koreksi. Bagian Keempat Pemerintah Kabupaten/Kota
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
37
2007
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006
BAB II - PENYELENGGARAAN KEWENANGAN
Pasal 17
Pemerintah kabupaten/kota berkewajiban dan bertanggung jawab menyelenggarakan urusan Administrasi Kependudukan, yang dilakukan oleh bupati/walikota dengan kewenangan meliputi: koordinasi . . . PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 11 - koordinasi penyelenggaraan Administrasi Kependudukan; pembentukan Instansi Pelaksana yang tugas dan fungsinya di bidang Administrasi Kependudukan; pengaturan teknis penyelenggaraan Administrasi Kependudukan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan; pembinaan dan sosialisasi penyelenggaraan Administrasi Kependudukan; pelaksanaan kegiatan pelayanan masyarakat di bidang Administrasi Kependudukan; penugasan kepada desa atau nama lain untuk menyelenggarakan sebagian urusan Administrasi Kependudukan berdasarkan asas tugas pembantuan; pengelolaan dan penyajian Data Kependudukan berskala kabupaten/kota; dan koordinasi pengawasan atas penyelenggaraan Administrasi Kependudukan.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
37
2007
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006
BAB II - PENYELENGGARAAN KEWENANGAN
Pasal 18
(1) Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf a, bupati/walikota mengadakan koordinasi dengan instansi vertikal dan lembaga pemerintah non departemen. (2) Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkaitan dengan aspek perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi penyelenggaraan Administrasi Kependudukan.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
37
2007
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006
BAB II - PENYELENGGARAAN KEWENANGAN
Pasal 19
Urusan administrasi kependudukan di kabupaten/kota dilaksanakan oleh Instansi Pelaksana. Pelaksanaan pencatatan sipil yang meliputi pencatatan peristiwa kelahiran, kematian, perkawinan, perceraian, pengakuan anak di kecamatan tertentu dilakukan oleh UPTD Instansi Pelaksana.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
37
2007
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006
BAB II - PENYELENGGARAAN KEWENANGAN
Pasal 20
. . . PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 12 -
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
37
2007
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006
BAB II - PENYELENGGARAAN KEWENANGAN
Pasal 20
Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf c, bupati/walikota mengadakan pengaturan teknis penyelenggaraan Administrasi Kependudukan, diatur dengan Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati/Walikota berpedoman pada Peraturan Perundang- undangan di bidang Administrasi Kependudukan.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
37
2007
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006
BAB II - PENYELENGGARAAN KEWENANGAN
Pasal 21
Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf d, bupati/walikota mengadakan: a. koordinasi sosialisasi antarinstansi vertikal dan lembaga pemerintah non departemen; b. kerja sama dengan organisasi kemasyarakatan dan perguruan tinggi; c. sosialisasi iklan layanan masyarakat melalui media cetak dan elektronik; dan d. komunikasi, informasi dan edukasi kepada seluruh lapisan masyarakat.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
37
2007
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006
BAB II - PENYELENGGARAAN KEWENANGAN
Pasal 22
Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf e, bupati/walikota menyelenggarakan kegiatan pelayanan masyarakat di bidang Administrasi Kependudukan, dilaksanakan secara terus menerus, cepat dan mudah kepada seluruh penduduk.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
37
2007
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006
BAB II - PENYELENGGARAAN KEWENANGAN
Pasal 23
Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf f, bupati/walikota memberikan penugasan kepada desa atau nama lain untuk menyelenggarakan sebagian urusan Administrasi Kependudukan berasaskan tugas pembantuan, disertai pembiayaan, sarana dan prasarana serta sumber daya manusia berdasarkan Peraturan Bupati/Walikota.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
37
2007
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006
BAB II - PENYELENGGARAAN KEWENANGAN
Pasal 24
. . . PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 13 -
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
37
2007
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006
BAB II - PENYELENGGARAAN KEWENANGAN
Pasal 24
Dalam menyelenggarakan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf g, bupati/walikota melakukan: a. pengelolaan data kependudukan yang bersifat perseorangan, agregat dan data pribadi; dan b. penyajian data kependudukan yang valid, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
37
2007
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006
BAB II - PENYELENGGARAAN KEWENANGAN
Pasal 25
(1) Kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf h, bupati/walikota melakukan koordinasi pengawasan antarinstansi terkait. (2) Koordinasi pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui rapat koordinasi, konsultasi, pencegahan dan tindakan koreksi.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
37
2007
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006
BAB II - PENYELENGGARAAN KEWENANGAN
Pasal 26
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, Pasal 18, Pasal 19, Pasal 20, Pasal 21, Pasal 22, Pasal 23, Pasal 24, dan
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
37
2007
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006
BAB II - PENYELENGGARAAN KEWENANGAN
Pasal 25
di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta dilaksanakan oleh Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
37
2007
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006
BAB III - KELEMBAGAAN
Pasal 27
Dalam menyelenggarakan urusan Administrasi Kependudukan di kabupaten/kota, dibentuk Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil sebagai Instansi Pelaksana yang diatur dalam Peraturan Daerah. Dalam . . . PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 14 - Dalam menyelenggarakan urusan Administrasi Kependudukan di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, dibentuk Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil di Provinsi dan Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil di kotamadya/kabupaten administrasi sebagai Instansi Pelaksana yang diatur dalam Peraturan Daerah.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
37
2007
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006
BAB III - KELEMBAGAAN
Pasal 28
Dalam melaksanakan ketentuan mengenai Administrasi Kependudukan, Instansi Pelaksana berwenang: a. melakukan koordinasi dengan Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota dan Pengadilan Agama berkaitan dengan pencatatan nikah, talak, cerai dan rujuk bagi penduduk yang beragama Islam yang dilakukan oleh Kantor Urusan Agama Kecamatan; dan b. melakukan supervisi bersama dengan Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota dan Pengadilan Agama mengenai pelaporan pencatatan sebagaimana dimaksud pada huruf a dalam rangka pembangunan database kependudukan.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
37
2007
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006
BAB III - KELEMBAGAAN
Pasal 29
Dalam melaksanakan ketentuan mengenai Administrasi Kependudukan, Instansi Pelaksana mempunyai tugas: a. menyediakan dan menyerahkan blangko dokumen kependudukan dan formulir untuk pelayanan pencatatan sipil sesuai dengan kebutuhan; b. meminta laporan pelaksanaan tugas, kewajiban dan kewenangan UPTD Instansi Pelaksana yang berkaitan dengan pelayanan pencatatan sipil; c. melakukan pembinaan, pembimbingan, dan supervisi terhadap pelaksanaan tugas, kewajiban dan kewenangan UPTD Instansi Pelaksana; dan d. melakukan pembinaan, pembimbingan, dan supervisi terhadap penugasan kepada desa atau nama lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
37
2007
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006
BAB III - KELEMBAGAAN
Pasal 30
Dalam melaksanakan wewenang dan tugas mengenai Administrasi Kependudukan, Instansi Pelaksana: melakukan . . . PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 15 - melakukan koordinasi dengan Kantor Departemen Agama kabupaten/kota dalam memelihara hubungan timbal balik melalui pembinaan masing-masing kepada instansi vertikal dan UPTD Instansi Pelaksana; melakukan koordinasi dengan instansi terkait kabupaten/kota dalam penertiban pelayanan Administrasi Kependudukan; meminta dan menerima data kependudukan dari perwakilan Republik Indonesia di luar negeri melalui bupati/walikota; dan melakukan koordinasi penyajian data dengan instansi terkait. Bagian Kedua UPTD Instansi Pelaksana
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
37
2007
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006
BAB III - KELEMBAGAAN
Pasal 31
(1) Pembentukan UPTD Instansi Pelaksana diprioritaskan pada kecamatan yang: a. kondisi geografis terpencil, sulit dijangkau transportasi umum dan sangat terbatas akses pelayanan publik; dan/atau b. memerlukan pemenuhan kebutuhan pelayanan masyarakat. (2) UPTD Instansi Pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Instansi Pelaksana. (3) UPTD Instansi Pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk dengan Peraturan Daerah.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
37
2007
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006
BAB III - KELEMBAGAAN
Pasal 32
(1) UPTD Instansi Pelaksana mempunyai tugas melakukan pelayanan pencatatan sipil. (2) Pelayanan pencatatan sipil sebagaimana dimaksud pada , meliputi: a. kelahiran; b. kematian; c. lahir mati; d. perkawinan; e. perceraian . . . PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 16 - e. perceraian; f. pengakuan anak; g. pengesahan anak; h. pengangkatan anak; i. perubahan nama; j. perubahan status kewarganegaraan; k. pembatalan perkawinan; l. pembatalan perceraian; dan m. peristiwa penting lainnya. (3) Pelaksanaan tugas pelayanan pencatatan sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berdasarkan pada Peraturan Perundang-undangan.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
37
2007
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006
BAB III - KELEMBAGAAN
Pasal 33
Pejabat Pencatat Sipil pada UPTD Instansi Pelaksana berwenang menerbitkan Kutipan Akta Catatan Sipil yang meliputi akta: kelahiran; kematian; perkawinan; perceraian; dan pengakuan anak.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
37
2007
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006
BAB III - KELEMBAGAAN
Pasal 34
Wilayah kerja UPTD Instansi Pelaksana yang dibentuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 dapat meliputi 1 (satu) kecamatan atau lebih yang secara geografis berdekatan.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
37
2007
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006
BAB III - KELEMBAGAAN
Pasal 35
Susunan organisasi dan tata kerja serta esselonisasi UPTD Instansi Pelaksana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 disesuaikan dengan Peraturan Pemerintah mengenai pedoman pembentukan perangkat daerah.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
37
2007
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006
BAB IV - NOMOR INDUK KEPENDUDUKAN
Pasal 36
(1) Pengaturan NIK meliputi penetapan digit NIK, penerbitan NIK dan pencantuman NIK. (2) NIK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan secara nasional oleh Menteri.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
37
2007
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006
BAB IV - NOMOR INDUK KEPENDUDUKAN
Pasal 37
(1) NIK terdiri dari 16 (enam belas) digit terdiri atas: a. 6 (enam) digit pertama merupakan kode wilayah provinsi, kabupaten/kota dan kecamatan tempat tinggal pada saat mendaftar; b. 6 (enam) digit kedua adalah tanggal, bulan, dan tahun kelahiran dan khusus untuk perempuan tanggal lahirnya ditambah angka 40; dan c. 4 (empat) digit terakhir merupakan nomor urut penerbitan NIK yang diproses secara otomatis dengan SIAK. (2) 16 (enam belas) digit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diletakkan pada posisi mendatar.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
37
2007
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006
BAB IV - NOMOR INDUK KEPENDUDUKAN
Pasal 38
(1) NIK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 diterbitkan oleh Instansi Pelaksana. (2) NIK sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berlaku seumur hidup dan selamanya, tidak berubah dan tidak mengikuti perubahan domisili. (3) NIK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan setelah dilakukan pencatatan biodata penduduk sebagai dasar penerbitan KK dan KTP pada Instansi Pelaksana tempat domisili yang bersangkutan. (4) Penerbitan . . . PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 18 - (4) Penerbitan NIK bagi bayi yang lahir di luar wilayah administrasi domisili, dilakukan setelah pencatatan biodata penduduk pada Instansi Pelaksana tempat domisili orang tuanya. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara penerbitan biodata penduduk, KK dan KTP sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) diatur dalam Peraturan Presiden. Bagian Ketiga Dokumen Identitas Lainnya
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
37
2007
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006
BAB IV - NOMOR INDUK KEPENDUDUKAN
Pasal 39
(1) Pada setiap dokumen identitas lainnya yang diterbitkan oleh Departemen/Lembaga Pemerintah Non Departemen atau Badan Hukum Publik dan Badan Hukum Privat wajib dicantumkan NIK. (2) NIK dicantumkan pada kolom khusus yang disediakan pada setiap dokumen identitas lainnya yang diterbitkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
37
2007
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006
BAB IV - NOMOR INDUK KEPENDUDUKAN
Pasal 40
(1) Dokumen Identitas lainnya diterbitkan oleh Departemen/Lembaga Pemerintah Non Departemen, Badan Hukum Publik atau Badan Hukum Privat. (2) Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi dokumen identitas diri dan bukti kepemilikan. Bagian Keempat Persyaratan dan Tata Cara Penerbitan Dokumen Identitas Lainnya
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
37
2007
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006
BAB IV - NOMOR INDUK KEPENDUDUKAN
Pasal 41
Dokumen identitas lainnya yang diterbitkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 harus memenuhi persyaratan yang meliputi dokumen resmi dan bukti diri pemegangnya.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
37
2007
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006
BAB IV - NOMOR INDUK KEPENDUDUKAN
Pasal 42
. . . PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 19 -
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
37
2007
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006
BAB IV - NOMOR INDUK KEPENDUDUKAN
Pasal 42
Penerbitan dokumen identitas lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 dilakukan dengan cara pemohon menunjukkan/menyerahkan fotokopi KTP atau dokumen kependudukan lainnya untuk melengkapi persyaratan yang ditetapkan oleh instansi atau badan yang menerbitkan dokumen identitas lainnya.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
37
2007
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006
BAB V - PENERBITAN DOKUMEN KEPENDUDUKAN BAGI
Pasal 43
(1) Petugas Rahasia Khusus diberikan Kartu Tanda Penduduk Khusus, untuk memberikan perlindungan dan menjamin kerahasiaan identitas selama menjalankan tugas rahasia. (2) Kartu Tanda Penduduk Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan dengan menggunakan spesifikasi yang sama dengan spesifikasi Kartu Tanda Penduduk Nasional. (3) Penerbitan Kartu Tanda Penduduk Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak diperlukan pencatatan biodata penduduk dan KK dari Petugas Rahasia Khusus.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
37
2007
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006
BAB V - PENERBITAN DOKUMEN KEPENDUDUKAN BAGI
Pasal 44
(1) Kepala/Pimpinan Lembaga mengajukan surat permintaan Kartu Tanda Penduduk Khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 kepada Kepala Instansi Pelaksana. (2) Surat permintaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada Kepala Instansi Pelaksana yang wilayah kerjanya meliputi tempat domisili Petugas Rahasia Khusus. (3) Dalam surat permintaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disertai dengan informasi identitas Petugas Rahasia Khusus yang dikehendaki dan jangka waktu penugasan.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
37
2007
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006
BAB V - PENERBITAN DOKUMEN KEPENDUDUKAN BAGI
Pasal 45
. . . PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 20 -
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
37
2007
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006
BAB V - PENERBITAN DOKUMEN KEPENDUDUKAN BAGI
Pasal 45
(1) Berdasarkan surat permintaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44, Instansi Pelaksana menerbitkan Kartu Tanda Penduduk Khusus. (2) Kartu Tanda Penduduk Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan paling lambat 6 (enam) hari kerja sejak surat permintaan sebagaimana dimaksud dalam
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
37
2007
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006
BAB V - PENERBITAN DOKUMEN KEPENDUDUKAN BAGI
Pasal 44
diterima oleh Kepala Instansi Pelaksana. (3) Penerbitan Kartu Tanda Penduduk Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan tanpa dipungut biaya. (4) Kartu Tanda Penduduk Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlaku selama 5 (lima) tahun. Bagian Kedua Penyimpanan Data Petugas Rahasia Khusus dan Pengembalian serta Pencabutan Kartu Tanda Penduduk Khusus
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
37
2007
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006
BAB V - PENERBITAN DOKUMEN KEPENDUDUKAN BAGI
Pasal 46
(1) Data Petugas Rahasia Khusus direkam dan disimpan dalam Registrasi Khusus di kabupaten/kota. (2) Data Petugas Rahasia Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dijaga keamanan dan dilindungi kerahasiaannya oleh Kepala Instansi Pelaksana.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
37
2007
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006
BAB V - PENERBITAN DOKUMEN KEPENDUDUKAN BAGI
Pasal 47
(1) Petugas Rahasia Khusus yang tidak lagi menjadi Petugas Rahasia Khusus sebelum berakhirnya masa berlaku Kartu Tanda Penduduk Khusus sebagaimana dimaksud dalam
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
37
2007
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006
BAB V - PENERBITAN DOKUMEN KEPENDUDUKAN BAGI
Pasal 45
, Petugas Rahasia Khusus wajib menyerahkan Kartu Tanda Penduduk Khusus kepada Kepala/Pimpinan Lembaga. (2) Kepala/Pimpinan Lembaga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mengembalikan Kartu Tanda Penduduk Khusus kepada Kepala Instansi Pelaksana yang menerbitkan. (3) Kartu . . . PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 21 - (3) Kartu Tanda Penduduk Khusus yang dikembalikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib dimusnahkan oleh Kepala Instansi Pelaksana.
End of preview. Expand in Data Studio

๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉ Indonesian Regulation Parsed Dataset

This dataset contains the parsed content of over 250,000 Indonesian regulations, extracted directly from PDFs at the article level โ€” without chunking โ€” resulting in 3.5+ million rows representing individual articles and clauses.


๐Ÿ“„ Dataset Overview

  • Source: Parsed from the original PDF collection of Indonesian regulations (~250K documents)
  • Parsed Units: Articles, clauses, or sections as atomic units (no chunking applied)
  • Size: Over 3.5 million rows of parsed text data
  • Token Count: Approximately 2 billion tokens in total

โš™๏ธ Processing Pipeline

  • Data Flow:

    1. Pull PDFs from the ID_REG repository
    2. Parse and extract articles using automated PDF text extraction methods
    3. Push cleaned, parsed text to this Hugging Face repository
  • Infrastructure:

    • Utilized 6 simultaneous Google Colab instances for parallel processing
    • Cloud-to-cloud architecture enables direct transfer without local storage bottlenecks
    • Total processing time: ~30 hours

๐Ÿง  Use Cases

  • Fine-grained legal text analysis and search
  • Article-level classification, summarization, or information retrieval
  • Training large language models on legal text with natural article boundaries
  • Developing Indonesian regulation compliance tools

โš ๏ธ Disclaimer

This dataset is provided exclusively for research and development purposes. It contains parsed content derived from publicly available legal PDFs, and no guarantees are made regarding completeness or legal accuracy.


๐Ÿ™ Acknowledgments

  • Hosted on Hugging Face โ€” a wonderful platform for open data sharing
  • Processing powered by Google Colab โ€” scalable cloud resources that made fast parallel parsing possible

Downloads last month
258

Collection including Azzindani/ID_REG_Parsed